51 Buku Puisi Populer yang Paling Banyak Dicari di Google Sepanjang 2025.

buku puisi, populer, karya sastra populer, puisi viral, trend puisi 2025

Minat terhadap buku puisi ternyata tidak pernah benar-benar surut. Di tengah gempuran konten cepat, puisi justru kembali dicari; baik oleh pembaca sastra, penulis pemula, mahasiswa, hingga pencinta kata yang rindu pada bahasa jujur.

Sepanjang 2025, data pencarian Google menunjukkan bahwa sejumlah buku puisi klasik hingga kontemporer terus mengalami lonjakan minat.

Dalam artikel ini, saya Hendy Jobers merangkum 51 buku puisi populer yang paling banyak dicari di Google sepanjang 2025, berdasarkan tren pencarian, relevansi budaya, dan pengaruh penulisnya dalam dunia sastra Indonesia.

Mengapa Buku Puisi Kembali Jadi Trend dan Banyak Dicari?

Ada beberapa alasan mengapa buku puisi kembali naik daun:

  • Puisi lebih mudah dibaca di era digital. Satu puisi bisa dibaca dalam satu layar, tapi maknanya bisa dibawa seharian.
  • Banyak puisi viral di media sosial. Kutipan dari buku puisi sering beredar di Instagram, TikTok, dan X.
  • Puisi menjadi medium refleksi personal. Di tengah kebisingan, pembaca mencari keheningan—dan puisi menawarkannya.
Berikut …

Daftar 51 Buku Puisi Populer Paling Banyak Dicari di Google 2025

1. Aku Ini Binatang Jalang — Chairil Anwar

Buku yang menjadi pintu masuk banyak orang ke puisi modern Indonesia. Chairil Anwar tak hanya dibaca, tapi “dihafal”.

2. Hujan Bulan Juni — Sapardi Djoko Damono

Romantis, lirih, dan abadi. Buku puisi yang terus dicari lintas generasi.

3. Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus — Chairil Anwar

Kumpulan puisi yang menunjukkan sisi paling gelisah dari Chairil.

4. Perjamuan Khong Guan — Joko Pinurbo

Puisi-puisi jenaka, ironis, dan reflektif tentang keseharian manusia.

5. Sastra untuk Tarendra — Fitri Nganthi Wani

Puisi personal yang kuat secara emosi dan pengalaman perempuan.

6. Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi — Theoresia Rumthe

Puisi kontemporer dengan narasi panjang dan kesadaran eksistensial.

7. Tempat Paling Liar di Muka Bumi — Theoresia Rumthe

Puisi tentang tubuh, alam, dan luka yang disampaikan tanpa basa-basi.

8. Tidak Ada New York Hari Ini — Aan Mansyur

Populer berkat adaptasi film dan kekuatan diksi yang lembut tapi menghantam.

9. Jus Puisi — Noor H. Dee

Puisi ringan, reflektif, dan dekat dengan pembaca muda.

10. Melihat Api Bekerja — Aan Mansyur

Puisi tentang cinta, kehilangan, dan kesunyian urban.

11. Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau — Aan Mansyur

Judulnya saja sudah membuat orang berhenti dan mencari.

12. Selamat Menunaikan Ibadah Puisi — Joko Pinurbo

Puisi sebagai ritual, bukan sekadar bacaan.

13. Puisi Cap Pistol Orangtua — Pidi Baiq

Absurd, nyeleneh, tapi justru membumi.

14. Kau Sedingin Pelabuhan — Dahri Dahlan

Puisi tentang jarak, rindu, dan keterasingan.

15. Mengaji Bukit Mengeja Danau — Zawawi Imron

Puisi religius yang berpijak kuat pada lanskap Madura.

16. Kujilat Manis Empedu — Zawawi Imron

Bahasa puitik yang kaya metafora spiritual.

17. Akulah Majenun — Acep Zamzam

Puisi cinta dengan nuansa sufistik.

18. Untuk Matamu — Kharisma P. Lanang

Puisi populer di kalangan pembaca muda dan media sosial.

19. 5 Detik dan Rasa Rindu — Prilly Latuconsina

Fenomena menarik: selebritas dan puisi bertemu.

20. Deru Campur Debu — Chairil Anwar

Puisi perjuangan yang terus relevan.

21. Nyanyian Akar Rumput — Wiji Thukul

Puisi perlawanan yang tak pernah benar-benar selesai dibaca.

22. Buku Latihan Tidur — Joko Pinurbo

Puisi reflektif tentang sunyi dan keseharian.

23. Sepotong Hati di Angkringan — Joko Pinurbo

Puisi sederhana dengan kedalaman makna.

24. Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang

Puisi tentang memori, kehilangan, dan arah hidup.

25. Mawar dan Maria — Acep Zamzam

Religius, personal, dan penuh simbol.

26. Di Antara Para Wali — Mustofa W. Hasyim

Puisi bernuansa spiritual dan kultural.

27. Aku Kini Doa — Acep Zamzam

Puisi sebagai bentuk kepasrahan.

28. Kelenjar Laut — Zawawi Imron

Eksplorasi bahasa dan alam.

29. Puisi Pagi Ini — Zawawi Imron

Puisi kontemplatif untuk pembaca yang ingin pelan.

30. Asmaraloka — Usman Arrumy

Puisi cinta dengan pendekatan modern.

31. Mata Waktu — Usman Arrumy

Refleksi tentang usia dan perjalanan hidup.

32. Telepon Genggam — Joko Pinurbo

Kritik halus terhadap kehidupan modern.

33. Mereguk Cinta Rumi — Haidar Bagir

Puisi sufistik yang menjembatani Timur dan modernitas.

34. Bulu Matamu — Joko Pinurbo

Ringan, personal, dan dekat.

35. Tahilalat — Joko Pinurbo

Eksperimen bahasa dan humor khas Pinurbo.

36. Sajak-sajak Sepatu Tua — W.S. Rendra

Puisi dengan suara keras dan kritik sosial.

37. Museum Kehilangan — Wawan Kurn

Puisi kontemporer tentang memori dan luka.

38. Kolam — Sapardi Djoko Damono

Minimalis, tenang, dan reflektif.

39. Sagu Masih Jauh di Hulu — Tjak S. Parlan

Puisi yang kuat secara sosial dan geografis.

40. Sajak-sajak Lengkap — Goenawan Mohamad

Rujukan penting bagi pembaca sastra serius.

41. Pacar Senja — Joko Pinurbo

Puisi yang sering muncul di kutipan media sosial.

42. Stanza dan Blues — W.S. Rendra

Perpaduan puisi dan musikalitas.

43. Aku — Chairil Anwar

Satu puisi, satu legenda.

44. Kawitan — Ni Made Purnama

Puisi dengan akar budaya Bali.

45. Berguru Pada Puisi — Joko Pinurbo

Refleksi tentang puisi itu sendiri.

46. Di Kedalaman Dadamu — Nina Minareli

Puisi cinta dengan bahasa intim.

47. Puisi Mbeling — Remy Sylado

Puisi eksperimental yang menabrak pakem.

48. Puisi Asli Anak Negeri — Yose Rizal

Puisi identitas dan kebangsaan.

49. Pasir dan Buih — Kahlil Gibran

Klasik dunia yang tak pernah sepi pembaca.

50. Luka, Dosa dan Cinta dalam Saku Celana — Adhiatma Putra

Puisi urban dengan bahasa lugas dan emosional.

Penutup

Daftar ini menunjukkan satu hal penting: puisi tidak mati, melainkan hanya bertransformasi. Dari Chairil Anwar hingga penyair kontemporer, dari buku cetak hingga kutipan digital, puisi tetap menemukan pembacanya.
Hendy Jobers

Penulis dan Blogger yang fokus pada Industri Kepenulisan 4.0, Literasi Digital, dan Siber Sastra.

Posting Komentar

Mari gunakan kolom komenar di kepenulisan.com untuk diskusi interaktif. Mohon untuk jangan gunakan bahasa yang frontal, vulgar dan kasar.

Lebih baru Lebih lama