Dalam kepenulisan novel, prolog sering menjadi pemegang peran penting yang memperkenalkan pembaca ke dunia cerita. Sebab, prolog yang ditulis dengan baik dapat menumbuhkan rasa penasaran, menciptakan atmosfer, dan memberi konteks sebelum cerita utama dimulai.
Meskipun tidak selalu wajib ditulis, prolog bisa menjadi alat efektif jika dipahami dan digunakan dengan tepat. Lalu, APA ITU PROLOG dan bagaimana cara menulis prolog yang baik dan menarik; yang sesuai dengan apa yang saya jelaskan di atas?
Secara Definisi, Apa itu Prolog?
Prolog merupakan bagian pembuka dalam sebuah karya tulis—terutama fiksi—yang berfungsi memberikan konteks atau pengantar sebelum cerita utama dimulai. Menurut KBBI, prolog adalah bagian pendahuluan dalam suatu karya sastra.
Dalam karya sastra, prolog biasanya muncul pertama kali sebelum kemunculan bab pertama. Nah, kalau dari ilmu-ilmu penulisan modern, prolog sering kali dipakai untuk menyampaikan informasi penting yang tidak cocok jika langsung dimasukkan ke dalam cerita utama.
Baca Juga: Ulasan Novel "Prolog" Karya Adeliany Azfar
Secara sederhana, prolog bertugas memberikan pembaca gambaran awal atau kontekstual yang penting, tanpa mengacaukan linimasa (timeline) novel.
Hal di atas, selaras dengan penjelasan yang berdasarkan pemahaman dari Anton Sujarwo; yang saya kutip dari laman WordPress Penulis Gunung, bilang;
… prolog adalah perangkat sastra yang fungsional, dengan tujuan sebagai pengantar pembaca menuju isi cerita; yang memikat, dan memiliki percikan agar pembaca mau masuk lebih jauh ke dalam cerita.
Seberapa Panjang Prolog Harus Ditulis?
Waktu pertama kali saya coba menulis prolog novel, saya sempat bingung—prolog novel harus ditulis seberapa panjang? Ada yang bilang harus 400-500 kata, atau ada juga yang mengatakan kalau harus lebih pendek dari bab pertama.
Well, efektifitas dan idealnya prolog itu engga dinilai atau diukur dari seberapa panjang-pendek-nya, tapi dari peran dan fungsi si prolog itu sendiri.
Asal fungsinya sebagai pengantar cerita dapat, sebanyak apapun kata tak masalah.
Nah, yang penting, prolog juga harus menarik perhatian pembaca dan menyajikan informasi relevan yang memiliki benang merah pada cerita utama.
Prolog bisa pendek, hanya beberapa paragraf, atau panjang hingga beberapa halaman, tergantung dari apa yang mau kamu sampaikan.
Kalau merunut penjelasan dari Dr. Sharon Zink, beliau menganjurkan:
Pastikan untuk tidak membuat prolog lebih panjang dari bab standar dan pertimbangkan untuk membuatnya lebih pendek lagi agar lebih menarik. Letakkan dasar alur cerita, tetapi jangan bertele-tele.
Jadi, jangan kebingungan lagi; jangan bertanya-tanya …
“Apakah prolog harus panjang?”, atau… “Apa boleh prolog pendek saja?”
Apa yang diungkapkan oleh Dr. Sharon Zink juga selaras dengan penjelasan Doug Landsborough dalam laman Dabble Writer, yang bilang;
Ketika menulis prolog, usahakan buat prolog yang efektif; yang ringkas jauh lebih efektif untuk memikat pembaca daripada yang panjang dan bertele-tele.
Kalau menurut tanggapan dari Kendra Arakeylan dalam sebuah post diskusi di grup kepenulisan Facebook, 'Ingin Menjadi Penulis. Namun, Enggan Menulis' yang mempertanyakan, “Seberapa ideal panjang prolog ditulis?” dia menjawab:
Prolog dengan kata yang tidak terlalu banyak itu yang ideal. Prolog kan untuk menarik perhatian pembaca, kalau kebanyakan ya bisa aja pembaca keburu bosan.
Jadi, agar pembaca tidak keburu bosan membaca prolog …
Apa yang Harus Ditulis dalam Prolog?
Prolog sebaiknya menyajikan informasi yang relevan tapi tidak bertele-tele, seperti latar belakang cerita, peristiwa penting yang terjadi sebelum cerita dimulai, atau sedikit gambaran akan tokoh utama.
Apapun yang ingin kamu tulis ke dalam prolog, sebaiknya harus sesuai dengan fungsi dan peran-nya sebagai pembuka cerita.
Mengutip pemaparan dari Tal Valante, seorang penulis dari majalah daring gratis untuk penulis fiksi, Re:fiction, yang saya kutip dari laman web writing-world, bilang;
Prolog harus berkontribusi pada alur cerita. Prolog harus mengungkap fakta-fakta yang signifikan dan relevan, jangan tulis prolog dengan dalih menciptakan suasana. Tugas utama prolog adalah menyediakan informasi yang penting atau akan penting untuk memahami alur cerita.
Ketika membuat prolog, pertimbangkan keperluan dan temukan fungsi dari prolog di dalam cerita. Jikalau memang tidak memiliki fungsi atau keperluan, prolog boleh tidak ditulis, sebab prolog bukanlah sebuah keharusan.
Prolog Tak Harus Ditulis Lebih dulu Walau Letaknya di Awal.
Setelah mulai mendalami dunia kepenulisan, khususnya menulis novel; saya jadi paham bahwa prolog tuh ternyata ada fungsi dan peran khusus tersendiri pada sebuah cerita. Jadi, prolog tuh gak semata-mata ditulis begitu saja, apalagi ditulis lebih dulu karena letaknya di awal.
Beberapa buku seperti novel atau karya fiksi lain, mungkin memiliki:
- Bagian pendahuluan sebagai pembuka,
- Kata pengantar,
- Ucapan terima kasih, dan
- Prolog sebelum opening-lines.
Prolog bukan hanya sekadar pembuka, tapi bisa jadi kunci untuk membangkitkan atensi pembaca sejak awal.
Ada yang lebih kocak. Di Wattpad, prolog malah dijadikan wadah pengenalan tokoh satu per satu plus mencantumkan visual-cast.
Padahal…
Prolog adalah bagian pembukaan; yang peran dan fungsinya bukan sebagai “Pendahuluan” atau “Kata Pengantar” walau keduanya sama-sama berada di awal cerita.
Jadi, hal-hal seperti prolog, kata pengantar, pendahuluan, apalagi abstrak merupakan hal-hal yang berbeda makna walaupun letaknya berada di awal sebagai pembukaan.
… dan tentu saja, walaupun letaknya di awal sebelum bab pertama; prolog tidak harus ditulis lebih dulu. Ada sebuah saran dari Stephen Edwin King, seorang penulis kontemporer genre horor asal Amerika Serikat, yang mengatakan:
Jangan [pernah, sekalipun!] membuat prolog di awal proses menulis cerita. Tulislah ketika cerita telah berhasil mendapatkan konflik utamanya.
Kenapa? Sebab, menulis novel itu tidak harus linear—segaris—karena novel memiliki struktur.
Dengan begitu, kamu bisa menulis prolog setelah merampungkan atau setelah mempertimbangkan fungsi prolog itu sendiri di dalam cerita.
Lantas, apa saja…
Tugas Utama & Fungsi Prolog dalam Novel.
Prolog di dalam novel tentu saja ada fungsinya. Kalau tidak berfungsi, sebaiknya jangan ditulis!
Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa alasan kenapa penulis tidak atau harus membuat prolog untuk novel yang ditulis, dan inilah fungsi dari prolog itu:
Memperkenalkan Konteks Cerita.
Peran prolog dalam novel ialah memperkenalkan konteks—latar belakang cerita—yang mungkin terlalu berat atau kompleks untuk dijelaskan langsung di bab pertama.
Saya pernah menulis sebuah cerita fantasi di mana dunianya punya sejarah ribuan tahun. Nah, kalau saya paksakan untuk memasukkan semua informasi ini di bab pertama, hal itu bakal bikin pembaca eneg.
Jadi, saya pakai prolog buat menjelaskan sedikit tentang asal-usul dunia tersebut sebelum masuk ke cerita utama.
Catatan! Walau cocok digunakan untuk memperkenalkan latar belakang cerita, prolog bukan berarti menjadi kesempatan yang tepat untuk menulis world-building.
Menggugah Rasa Penasaran.
Kalau kamu suka baca novel thriller atau misteri, pasti sering menemukan prolog yang bikin deg-degan.
Biasanya, prolog dalam genre ini digunakan buat menampilkan kejadian penting, seperti: sebuah tragedi, pertemuan rahasia, atau bencana besar; hal-hal yang akan menjadi pemicu cerita.
Sebagai penulis, saya selalu berusaha bikin prolog yang cukup dramatis sehingga pembaca merasa penasaran dan mau terus membaca sampai akhir.
Memberikan Perspektif yang Berbeda
Prolog juga bisa menjadi kesempatan untuk memperkenalkan sudut pandang yang mungkin tidak akan muncul lagi dalam cerita.
Misalnya, penulis bisa menggunakan prolog untuk menampilkan sudut pandang antagonis atau tokoh minor, yang aksinya berdampak besar pada alur cerita.
Saya pernah baca novel di mana prolognya diambil dari perspektif seorang tokoh yang baru muncul di akhir cerita. Meski tokoh tersebut tak muncul di bab-bab awal, apa yang terjadi padanya memberikan pembaca gambaran yang jelas tentang hal-hal yang akan dihadapi si protagonis.
Contoh Prolog dari Perspektif yang Berbeda.
Perhatikan contoh dialog dari Novel “Helen dan Sukanta” karya Pidi Baiq yang terkenal karena Dilan itu.
Dapatkan Buku "Novel Helen dan Sukanta" di Toko Buku berikut: Mizan Store | Gramedia Official Store | Buku Beta.
Pidi Baiq menceritakan sosok ‘saya’ yang menceritakan momen saat pertama kali bertemu dengan Helen di latar waktu yang berbeda dan bagaimana respon si Helen berbicara dengan sosok ‘saya’.
Setelah itu, cerita dimulai dalam sudut pandang Helen si aku.
Nah! Kalau prolog kamu ternyata tidak berfungsi seperti apa yang saya jelaskan, pikirkan lagi. Apakah harus ditulis, atau tidak? Ehh, tunggu dulu! Jadi ...
Apakah Prolog Wajib Ditulis?
Harus banget ya nulis prolog? Apakah novel benar-benar butuh prolog? Beberapa penulis terkenal nggak pakai prolog, misalnya Tere Liye di serial Bumi-nya itu.
Akan tetapi, berdasarkan pengalaman saya, prolog sangat berguna ketika kamu perlu menyampaikan informasi yang tidak bisa langsung diselipkan di bab pertama.
Sebagai penulis, kamu harus bijak menentukan kapan prolog diperlukan dan kapan tidak. Saya pribadi merasa prolog berguna kalau ceritanya kompleks, atau kalau ada twist yang butuh persiapan sebelum cerita utama dimulai.
Prolog yang seharusnya tidak perlu ditulis itu berbahaya: syukur-syukur diabaikan pembaca, tapi yang paling buruk malah membuat pembaca jadi bosan tidak tertarik dengan novel kamu.
Baca Juga: Ciri-Ciri Novel yang Membosankan
Jadi, hati-hati juga jangan sampai prolog terlalu berat atau membingungkan pembaca.
Prolog yang ideal harus tetap ringan, tapi memberikan gambaran penting, serta sesuai dengan perannya. Jika memang harus ditulis tapi tidak memiliki fungsi, setidaknya prolog harus memiliki peran.
Peran Prolog dalam Cerita.
Prolog berperan sebagai pengantar cerita yang memberikan konteks awal ke pembaca. Dengan prolog, pembaca bisa mendapatkan gambaran singkat tentang unsur penting yang mungkin tidak bisa dijelaskan secara langsung dalam cerita utama.
Mengutip penjelasan dari Kezia Prasetya Christvidya dari laman Fimela …
Prolog itu berperan penting banget dalam sebuah tulisan, karena bisa ngasih gambaran tentang cerita atau alur yang akan dibaca. Biasanya, orang juga suka baca prolog dulu sebelum memutuskan mau beli novel atau melihat karya sastra lainnya.
Prolog memberi pembaca kesempatan untuk melihat potongan penting yang akan berdampak besar pada alur utama.
Secara struktural, prolog adalah alat naratif yang fleksibel. Prolog bisa menjadi kilasan peristiwa, peta/kompas, perspektif atau bahkan menjadi pemicu utama yang di-spill duluan, dan pembaca baru menyadarinya setelah membaca cerita secara keseluruhan.
Seperti yang pernah dikatakan penulis thriller Robert McKee, "A story begins when something irreversible happens." Terkadang, prolog yang menjadi titik irreversibel—kejadian yang tampak kecil. Namun, mengguncang keseluruhan cerita.
Walau demikian, tidak semua cerita membutuhkan prolog. Penulis harus mempertimbangkan informasi yang ingin disampaikan harus bisa dimasukkan secara organik ke dalam bab pertama setelah prolog berperan.
Prolog yang lemah atau tidak relevan bisa terasa seperti jeda yang tidak perlu, yang bahkan merusak peran penting dari sebuah opening lines.
Jika prolog menggugah rasa ingin tahu, dan relevan, maka prolog akan menjadi langkah pertama pembaca yang memperkaya pengalaman membaca. Tapi jika tidak, lebih baik dimulai langsung dari Bab Satu.
Memahami Struktur Prolog dalam Novel. Menjawab Pertanyaan, Prolog yang Baik itu Seperti Apa?
Saya kerap menemukan pendapat, atau opini tentang prolog yang baik itu harus seperti ini, prolog yang bagus itu harus seperti itu.
Well, untuk menjawab pertanyaan ini; saya mengutip penjabaran prolog dari apa yang ditulis oleh Dave Chesson yang mendirikan laman Kindlepreneur, pemasaran buku self-publishing di Kindle.
Menurut Dave Chesson, prolog yang baik harus:
- Memberikan beberapa gambaran.
- Memperkenalkan protagonis, meski hanya sekadar nama atau sepintas.
- Mengandung informasi penting tentang latar belakang tokoh.
- Memiliki nuansa cerita, juga …
- Memberikan informasi mengenai dunia, konflik, periode waktu, atau insiden pemicu.
Jika saya telaah dari apa yang Dave Chesson jelaskan dan dari contoh-contoh prolog novel dari penulis lain. Maka, saya dapat menyimpulkan bahwa prolog yang baik itu ya yang memiliki struktur.
Struktur prolog biasanya sederhana dan mengikuti pola, sebagai berikut:
- Pembukaan: Menarik perhatian pembaca dengan kejadian atau pengenalan.
- Kontekstual: Penjelasan yang perlu agar pembaca memahami cerita tanpa mengungkapkan isi cerita.
- Nuansa: Tensi atau suasana cerita (tegang, misterius, petualangan) yang ditetapkan dengan penggunaan gaya bahasa dan diksi.
- Relevansi: Prolog memiliki benang merah dengan cerita utama, agar pembaca merasa prolognya penting.
- Pemikat: Sisipkan unsur-unsur novel yang membuat pembaca ingin tahu lebih jauh, agar tertarik melanjutkan ke bab pertama, istilah kepenulisan ini disebut foreshadowing.
Kalau prolog kamu punya struktur di atas, sudah dipastikan bakalan jadi prolog yang baik dan idel. Namun, belum tentu sesuai dengan peran dan fungsinya.
Mari mengkaji prolog dari novel yang sesuai dengan struktur prolog di atas, dan tentu saya berperan, serta berfungsi. Namun, sebelum itu; saya akan memperkenalkan ke kamu akan ragam jenis prolog novel yang umum ditulis, supaya kamu gak plak-ketiplek terinspirasi kalau prolog tuh harus seperti ini, itu.
Ragam Jenis Prolog Novel yang Umum Ditemukan, Serta Contohnya.
Berikut ini, beberapa jenis prolog yang saya ambil dari penjabaran dari laman Proofread, yang saya tambahkan dari beberapa sumber lain:
Prolog Ekspositori:
Prolog ekspositori sering disebut sebagai Background Prologue; memberikan informasi latar belakang atau konteks yang relevan. Prolog Ekspositori berfokus pada pemaparan penting tentang lokasi, sejarah, budaya atau peristiwa yang akan memengaruhi cerita.
Contoh Prolog Ekspositori dari Novel “Terjebak di Dunia Novel” karya Atika:
Novel ‘Terjebak di Dunia Novel’ yang ditulis Atika memaparkan informasi akan latar belakang, dan peristiwa yang mempengaruhi cerita. Prolog-nya menjelaskan si tokoh utama, Clarissa Mayer menjadi sosok Ivana Loede.
Prolog Naratif
Prolog Naratif atau biasanya disebut sebagai Alternative Perspective Prolog, biasanya disampaikan oleh narator yang menceritakan langsung kepada pembaca. Bisa jadi dari sudut pandang tokoh yang ada dalam cerita atau narator yang berada di luar cerita.
Prolog jenis ini sering digunakan untuk memberikan ringkasan atau pengantar mengenai dunia atau tokoh; yang dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah peristiwa utama cerita.
Jenis prolog ini sering digunakan dalam fiksi-kriminal atau horor.
Prolog naratif atau perspektif alternatif dapat memberikan informasi kepada pembaca yang tidak diketahui si protagonis, atau dapat memperkenalkan sisi pemeran tokoh di cerita.
Contoh Prolog Naratif di Novel “Hans “, karya Risa Sarasvati:
Novel “Hans” yang merupakan sekuel dari ‘DANUR’. Menggunakan sudut pandang orang lain, yakni sosok Risa sebagai penulis yang memberikan landasan cerita tentang Hans itu sendiri.
Beli Buku "Hans" Karya Risa Sarasvati di Toko Buku Republik Fiksi.
Prolog Persiapan - Preparatory Prologue:
Jenis prolog ini digunakan untuk mempersiapkan pembaca menghadapi cerita utama dengan memberikan konteks awal.
Prolog jenis ini biasanya ditemukan dalam novel ber-seri, di mana prolog mengingatkan pembaca tentang peristiwa sebelumnya atau mempersiapkan pembaca untuk kejadian baru yang akan hadir.
Prolog Aksi - Action Prologue:
Prolog ini langsung mengajak pembaca ke dalam adegan aksi atau ketegangan. Biasanya digunakan untuk membuka cerita dengan momentum yang cepat dan menarik, sering digunakan dalam cerita thriller, misteri, atau petualangan.
Prolog Flashback & Flash-forward:
Prolog ini menggambarkan kejadian penting yang terjadi di masa lalu, atau di masa yang akan datang; yang memberikan konteks penting dan berpengaruh pada timeline-nya.
Contoh Prolog Flash-forward dari Novel “Sepatu Dahlan” karya Khrisna Pabichara.
Novel yang diangkat dari kisah nyata seorang Dahlan Iskan, dimulai dari sebuah peristiwa yang terjadi dan membawa sang tokoh utama ke masa kecilnya.
Dream / Vision Prologue:
Jenis prolog ini menggunakan mimpi atau penglihatan dari seorang tokoh untuk memberikan petunjuk atau simbolisme mengenai apa yang akan terjadi di dalam cerita.
Biasanya mengandung elemen misterius atau simbolis yang menjadi penuntun bagi pembaca agar menemukan jawabannya di dalam cerita.
Panduan Menulis Prolog Dengan Mengkaji Contoh Prolog dari Novel Cetak.
Setelah memahami penjelasan akan definisi, fungsi, dan peran prolog. Sekarang, mari mencoba menulis prolog:
- Prolog yang Menarik tuh Nggak Terlalu Kompleks. Pembaca harus merasa tertarik, bukan terbebani. Cukup berikan secuil informasi untuk dicicipi yang memancing rasa ingin tahu, tapi jangan berikan semua detil cerita. Prolog harus memberikan konteks, tapi gak harus kompleks. Juga, tetap harus memiliki konektivitas atau benang merah.
- Prolog cuma Sebagai Petunjuk. Prolog bukan pertunjukan, tapi kamu bisa memberikan petunjuk-petunjuk kecil yang baru terasa penting di pertengahan atau akhir cerita. Kalau kamu buat prolog seperti itu, kamu akan bikin pembaca merasa "Oh, jadi ini maksud prolog tadi!" di akhir novel.
- Prolog Bukan Bagian dari Opening Lines. Idealnya, prolog jangan terlalu panjang, karena bisa bikin pembaca capek sebelum masuk ke cerita utama… dan gak berarti harus pendek. Sederhananya, Prolog bukan bagian dari opening-lines yang menjadi tugasnya Bab Pertama. Seperti yang sudah dijelaskan, prolog punya peran dan fungsinya sendiri.
Bagaimana Cara Membuat Prolog yang Menarik Sesuai Fungsi dan Peran?
Dari hal-hal yang sudah saya paparkan, sebenarnya mudah sekali membuat prolog yang menarik, sesuai fungsi dan perannya. Berikut ini, beberapa poin penting untuk dipertimbangkan ketika hendak membuat prolog.
- Tentukan tujuan prolog: Apakah untuk latar belakang, nuansa, atau misteri?
- Pilih jenis prolog yang sesuai, seperti yang sudah saya kaji di atas.
- Buat kalimat pembuka yang menggugah rasa penasaran: Misalnya kalimat langsung, pertanyaan retoris, atau pernyataan mengejutkan.
- Jaga prolog tetap ringkas dan relevan: Hindari menjelaskan terlalu banyak detail. Ingat! Prolog itu gak harus kompleks!
- Gunakan gaya penulisan yang sesuai dengan isi cerita utama: Supaya tidak terasa janggal saat pembaca berpindah ke bab pertama.
- Pastikan ada kaitan yang jelas dengan cerita utama: Prolog yang baik akan terasa bermakna setelah cerita utama berkembang.
Kesalahan Umum ketika Menulis Prolog.
Dari hal yang sudah saya paparkan, saya menyimpulkan beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan penulis ketika menulis prolog berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan pemahaman pribadi
Prolog terlalu membosankan: Hindari menjadikan prolog sebagai info dump.
Informasi terlalu padat atau terlalu detail: seakan-akan menjadi suatu bab utuh padahal harusnya tidak.
Tidak berkaitan dengan cerita utama: Pembaca bisa kecewa dan menyesal karena telah membaca prolog.
Prolog berisi twist besar: Sebab mustinya, prolog gak bisa berdiri sendiri karena dapat mengurangi kekuatan bab-bab berikutnya.
Konklusi:
Kalau diibaratkan, nih. Prolog itu seperti pintu gerbang menuju cerita novel kamu. Kalau pintu gerbangnya menarik, pembaca pasti akan lebih antusias buat masuk dan menjelajah lebih jauh.
Jadi, kalau kamu merasa prolog diperlukan untuk memperkuat cerita, jangan ragu buat menulis prolog.
Tapi ingat, tetap pastikan prolognya relevan dan memberikan sesuatu yang akan meningkatkan pengalaman membaca, bukan malah membingungkan.
Bibliografi: Sumber Pustaka.
Ketika menulis artikel ini, saya mengumpulkan banyak pendapat dan penjelasan dari orang lain yang dipublikasikan di website, dan laman blog berbahasa Indonesia, maupun bahasa Inggris.
- Sujarwo, Anton. [2022, Mei 12] dalam “Apa Itu Prolog dan Epilog: Pengertian & Perbedaannya”, diakses pada Oktober 2024, dari laman WordPress Penulis Gunung.
- Zink, Sharon. dalam “What Is A Prologue And How Do You Write One?” diakses pada Oktober 2024, dari laman: Jericho Writer.
- Landsborough, Doug. [2023, April 23] dalam, “What's the Perfect Length for a Prologue?”, diakses pada Oktober 2024, dari laman Dabble Writer.
- Valante, Tal. [2004] dalam “Where to Begin? When, Where and How to Write a Prologue”, diakses pada Oktober 2024, dari laman: Writing World.
- Chesson, Dave. [2023, Desember 7] dalam “What is a Prologue & How to Write One”, diakses pada Oktober 2024, dari laman Kindlepreneur.
- Proofread [2022, September 29] dalam “Examples of Engaging Prologues” , diakses pada Oktober 2024 dari laman: Proofread.
- Christvidya, Kezia Prasetya. [2020, Desember 23] dalam “Pengertian, Jenis dan Cara Membuat Prolog yang Benar”, diakses pada Oktober 2024 dari laman: Fimela.
Apa yang saya tampilkan sebagai contoh prolog merupakan hasil screenshot dari beberapa buku yang dapat diakses “contoh gratis”-nya di Google Play Book. Hasil screenshot tidak mengarah pada pelanggaran hak cipta—saya harap begitu.
- Pidi Baiq; Helen & Sukanta [2019] - ©Mizan Digital Publishing. - The Panasdalam Publishing.
- Risa Sarasvati; Hans [2017] - ©Bukune. - Kawah Media.
- Aika; Terjebak Dalam Dunia Novel [2023] - ©Atika Books.
- Krisna Pabichara; Sepatu Dahlan [2012] - ©Mizan - NouraBooks.