Prolog Novel: Haruskah Ditulis? Fungsi & Peran Utama untuk Opening-lines.

Fungsi dan Peran Utama dari Prolog Novel

Dalam proses menulis novel, prolog menjadi salah satu unsur penting yang perlu dipertimbangkan agar cerita dapat mengalir dengan baik dan mampu menarik perhatian pembaca.

Berdasarkan jurnal yang disusun oleh Mahasiswa dalam Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Gadjah Mada pada 2020, memaparkan bahwa prolog dalam novel berfungsi sebagai jembatan awal yang membantu pembaca memahami konteks cerita sebelum memasuki alur utama.

Sementara itu, studi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 2019 menjelaskan bahwa prolog yang kuat dapat membentuk ekspektasi pembaca dan meningkatkan keterlibatan naratif, terutama dalam genre fiksi dan fantasi.

Secara Definisi dan Pandangan Menurut Para Ahli. Apa yang Dimaksud dengan Prolog?

Menurut kajian dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga di tahun 2021, prolog didefinisikan sebagai bagian pembuka dalam karya naratif yang berfungsi memperkenalkan konteks, latar belakang, atau konflik awal sebelum cerita utama dimulai. 

Sementara itu, dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Universitas Negeri Yogyakarta melalui Jurnal Bahasa dan Sastra pada 2020, prolog dipandang sebagai elemen struktural yang membantu membangun ekspektasi pembaca terhadap alur dan nuansa cerita secara keseluruhan. 

Kedua pandangan di atas memperkuat posisi prolog bukan sekadar hiasan pembuka, melainkan bagian penting dari strategi penceritaan.

Menurut pandangan Ahmad Tohari yang merupakan seorang sastrawan, dalam beberapa wawancara dan esai tentang kepenulisan, menyebut bahwa:

… bagian awal novel (opening lines) berperan sangat penting dalam membentuk “kesepakatan imajinatif” antara penulis dan pembaca.

Meski tidak menyebut istilah "prolog" secara teknis, Ahmad Tohari menekankan pentingnya memberikan petunjuk awal yang cukup agar pembaca bisa merasa nyaman sebelum memasuki inti cerita.

Janet Burroway, dalam bukunya Writing Fiction: A Guide to Narrative Craft, menyebut prolog sebagai “a narrative that comes before the main narrative.” Dia menegaskan bahwa prolog harus memiliki fungsi yang jelas; baik sebagai latar, pembuka konflik, atau penyampai informasi penting dan tak boleh hanya menjadi ‘info dump’ atau penuangan informasi yang membosankan.

Sementara itu, Stephen E. King dalam On Writing dengan gamblang menyatakan bahwa dia sendiri tidak menyukai prolog, karena sering kali dianggap membuang waktu dan bisa digantikan dengan cara yang lebih elegan di bagian awal bab pertama atau opening lines. Namun, dia juga mengakui bahwa dalam beberapa kasus tertentu, prolog bisa efektif jika ditulis dengan baik dan memiliki fungsi yang kuat.

Agar Memiliki Fungsi yang Kuat. Berapa Panjang Ideal Prolog Ditulis?

Tidak ada aturan baku tentang seberapa panjang sebuah prolog harus ditulis. Namun, secara umum berdasarkan penelitian dari Program Studi Sastra Universitas Padjadjaran (2022), panjang ideal prolog dalam novel umumnya berkisar antara 500 hingga 1500 kata, tergantung pada kompleksitas cerita dan kebutuhan.

Studi yang dimuat dalam Jurnal Poetika Universitas Negeri Surabaya (2021) juga menyebutkan bahwa prolog yang terlalu panjang cenderung menurunkan minat baca, sementara prolog yang terlalu singkat sering gagal menyampaikan konteks penting. 

Oleh karena itu, keseimbangan antara informasi dan kebutuhan menjadi kunci dalam menentukan durasi ideal sebuah prolog. Intinya, efektifitas prolog itu tidak dinilai atau diukur dari seberapa panjang-pendek-nya, tapi dari peran dan fungsi si prolog itu sendiri. 

Penulis seperti Orson Scott Card dalam bukunya Characters and Viewpoint menyarankan, tulis prolog jika benar-benar dibutuhkan; dan apabila harus, usahakan untuk tetap ringkas dan menggugah.

Orson Scott menekankan bahwa prolog bukan tempat untuk menuangkan seluruh latar belakang dunia cerita, tetapi cukup menyajikan unsur novel yang akan memperkaya pemahaman pembaca terhadap bab-bab berikutnya.

Nah, yang terpenting adalah pastikan bahwa prolog harus berkontribusi terhadap pemahaman atau pengalaman membaca. 

Jadi, Apa yang Harus Ditulis dalam Prolog?

Clara Ng yang berprofesi sebagai editor menyarankan agar prolog hanya memuat informasi yang benar-benar penting dan tak bisa dimasukkan secara alami ke dalam cerita utama. 

Pandangan Ayu Utami sebagai novelis dan kritikus sastra, menempatkan prolog sebagai medan konseptual; tempat menggulirkan ide besar atau latar pemikiran yang menjadi pondasi cerita. 

Sedangkan penulis dan editor Bentang Pustaka, Windy Ariestanty, menyarankan agar prolog difokuskan pada atmosfer, karakter, atau kejadian kunci yang mampu membangun “rasa ingin tahu” tanpa mengungkap terlalu banyak detail.

Dengan kata lain, prolog harus berkontribusi pada alur cerita; harus mengungkap fakta-fakta yang signifikan dan relevan. Selalu ingat bahwa tugas utama prolog adalah menyediakan informasi yang penting atau akan penting untuk memahami alur cerita selanjutnya.

Tugas Utama & Fungsi Prolog dalam Novel.

Pandangan Seno Gumira Ajidarma, prolog berfungsi sebagai ruang transisi antara dunia nyata pembaca dan dunia rekaan dalam novel; semacam “penyesuaian indera” sebelum memasuki cerita utama. 

Studi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (2022) juga mendukung pandangan ini, bahwa prolog bukan hanya pembuka, tetapi bagian strategi dalam struktur cerita yang dapat memperkuat latar, membangun atmosfer, dan membangun benih konflik. 

Cara Menulis Prolog Novel

Peran Prolog dalam Cerita.

Mengutip penjelasan dari Kezia Prasetya Christvidya dari laman Fimela …

Prolog itu berperan penting banget dalam sebuah tulisan, karena bisa ngasih gambaran [konteks] ... biasanya, pembaca juga suka baca prolog dulu sebelum memutuskan mau beli novel atau melihat karya sastra lain.

Prolog memberi pembaca kesempatan untuk melihat potongan penting yang akan berdampak besar pada alur utama.

Secara struktural, prolog adalah alat naratif yang fleksibel. Prolog bisa menjadi kilasan peristiwa, peta / kompas, perspektif atau bahkan menjadi pemicu utama yang di-spill duluan, dan pembaca baru menyadarinya setelah membaca cerita secara keseluruhan.

Seperti yang dikatakan penulis thriller Robert McKee, "A story begins when something irreversible happens." Terkadang, prolog yang menjadi titik kejadian yang tampak kecil. Namun, mengguncang keseluruhan cerita.

Walau demikian, tidak semua cerita membutuhkan prolog.

Jika pada akhirnya kamu memutuskan menulis prolog, pertimbangkan informasi yang ingin disampaikan bisa dimasukkan secara organik ke dalam bab pertama setelah prolog berperan.

Prolog yang tidak relevan akan terasa seperti jeda, yang merusak peran penting dari opening lines. Jika prolog menggugah, maka prolog akan menjadi langkah pertama yang memperkaya pengalaman membaca.

Memahami Struktur Prolog dalam Novel. Menjawab Pertanyaan, Prolog yang Baik itu Seperti Apa?

Mengutip penjabaran prolog dari apa yang ditulis oleh Dave Chesson yang mendirikan laman Kindle Preneur, sebuah agen pemasaran buku self-publishing di Kindle.

Menurut Dave Chesson, prolog yang baik harus:

  1. Memberikan beberapa gambaran.
  2. Memperkenalkan protagonis, meski hanya sekadar nama atau sepintas.
  3. Mengandung informasi penting tentang latar belakang tokoh.
  4. Memiliki nuansa cerita, juga …
  5. Memberikan informasi mengenai dunia, konflik, periode waktu, atau insiden pemicu.

Jika saya telaah dari apa yang Dave Chesson jelaskan dan dari contoh-contoh prolog novel oleh penulis lain. Maka, saya dapat menyimpulkan bahwa prolog yang baik itu ya yang memiliki struktur.

Struktur prolog biasanya sederhana dan mengikuti pola, sebagai berikut:

  1. Pembukaan: Menarik perhatian pembaca dengan kejadian atau pengenalan.
  2. Kontekstual: Penjelasan yang perlu agar pembaca memahami cerita tanpa mengungkapkan isi cerita.
  3. Nuansa: Tensi atau suasana cerita (tegang, misterius, petualangan) yang ditetapkan dengan penggunaan gaya bahasa dan diksi.
  4. Relevansi: Prolog memiliki benang merah dengan cerita utama, agar pembaca merasa prolognya penting.
  5. Pemikat: Sisipkan unsur-unsur novel yang membuat pembaca ingin tahu lebih jauh, agar tertarik melanjutkan ke bab pertama, istilah kepenulisan ini disebut foreshadowing.

Kalau prolog kamu punya struktur di atas, saya bisa pastikan bakalan jadi prolog yang baik dan ideal.

Mari mengkaji prolog dari novel yang sesuai dengan struktur prolog di atas, dan tentu saja berperan serta berfungsi. Namun, sebelum itu; saya akan memperkenalkan ke kamu akan ragam jenis prolog novel yang umum ditulis, supaya kamu gak plek-ketiplek terinspirasi kalau prolog tuh harus seperti ini-itu.

Ragam Jenis Prolog Novel yang Umum Ditemukan, Serta Contohnya.

Prolog bisa hadir dalam berbagai bentuk, tergantung pada kebutuhan cerita dan pendekatan penulis. Berikut ini, beberapa jenis prolog yang saya ambil dari penjabaran dari laman Proofread, yang saya tambahkan dari beberapa sumber lain:

Prolog Ekspositori:

Sering disebut sebagai Background Prolog yang berfungsi memperkenalkan latar belakang cerita secara informatif, baik berupa sejarah dunia fiksi, situasi sosial, maupun konflik masa lalu yang mendasari alur utama.

Menurut kajian dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (2021), prolog ekspositori sering ditemukan dalam genre fantasi, fiksi sejarah, dan fiksi ilmiah, di mana dunia cerita membutuhkan penjelasan awal agar pembaca tidak kebingungan saat memasuki bab pertama.

Pandangan editor senior dari Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti, menyarankan agar prolog ekspositori tidak bersifat “menjejalkan informasi,” melainkan menuntun pembaca secara halus untuk memahami dunia atau premis cerita sebelum alur utama dimulai.

Contoh Prolog Ekspositori dari Novel “Terjebak di Dunia Novel” karya Atika:

Novel ‘Terjebak di Dunia Novel’ yang ditulis Atika memaparkan informasi akan latar belakang, dan peristiwa yang mempengaruhi cerita. Prolog-nya menjelaskan si tokoh utama, Clarissa Mayer menjadi sosok Ivana Loede.

Bentuk Prolog dalam Novel dan Contoh

Prolog Naratif

Alternative Perspective Prologue adalah jenis prolog yang ditulis menggunakan sudut pandang tokoh atau narator yang berbeda dari tokoh utama cerita. Prolog ini biasanya memberikan potongan peristiwa dari karakter lain; misalnya tokoh antagonis, saksi peristiwa, atau narator misterius yang tidak hadir secara dominan dalam alur utama. 

Menurut kajian dari Program Studi Sastra Universitas Indonesia (2020), prolog dengan perspektif alternatif ini efektif membangun ketegangan awal dan menciptakan lapisan naratif yang kompleks.

Pandangan Bernard Batubara, penulis dan editor fiksi, menyebutkan bahwa prolog naratif jenis ini dapat berfungsi sebagai "jendela rahasia" yang memberikan pembaca akses terhadap informasi yang tidak diketahui oleh tokoh utama, menciptakan dinamika ironi dramatis sejak awal cerita. 

Sementara itu, Okky Madasari dalam wawancara tentang teknik menulis novel menyatakan bahwa perspektif alternatif dalam prolog juga dapat menjadi alat kritik sosial atau pembentuk atmosfer, tergantung pada siapa yang diberi suara lebih dulu di awal cerita.

Contoh Prolog dari Perspektif yang Berbeda.

Perhatikan contoh dialog dari Novel “Helen dan Sukanta” karya Pidi Baiq yang terkenal akan karya tulisnya bertajuk Dilan itu. Pidi Baiq menceritakan sosok ‘saya’ yang menceritakan momen saat pertama kali bertemu dengan Helen di latar waktu yang berbeda dan bagaimana respon si Helen berbicara dengan sosok ‘saya’.

Setelah itu, cerita dimulai dalam sudut pandang Helen si aku.

Membuat Prolog Novel

Contoh Prolog Naratif di Novel “Hans’’, karya Risa Sarasvati:

Novel “Hans” yang merupakan sekuel dari ‘DANUR’. Menggunakan sudut pandang orang lain, yakni sosok Risa sebagai penulis yang memberikan landasan cerita tentang Hans itu sendiri.

Tips Menulis Prolog Novel

Prolog Persiapan - Preparatory Prologue:

Salah satu jenis prolog yang dirancang untuk mempersiapkan pembaca secara emosional, psikologis, atau tematik sebelum cerita utama dimulai.

Prolog ini tidak selalu mengungkapkan plot secara langsung, kadang-kadang memperkenalkan suasana, gaya bahasa, atau pertanyaan filosofis yang akan menjadi benang merah dalam novel.

Menurut kajian dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (2021), prolog jenis ini membantu pembaca “menyetel ulang” cara berpikirnya agar selaras dengan dunia dan cara bercerita penulis.

Pandangan Ayu Utami, penulis Saman, menunjukkan bahwa prolog persiapan sering digunakan untuk memperkenalkan “suara” atau sikap naratif penulis, misalnya gaya tutur yang puitik, reflektif, atau bahkan absurd sebelum cerita konkret dimulai.

Sedangkan dalam praktik editorial, Windy Ariestanty menyarankan penggunaan prolog jenis ini untuk genre yang mengandalkan lapisan makna, seperti sastra realis, eksistensialis, atau metafiksi, karena prolog semacam ini mampu membangun resonansi emosional sejak awal tanpa harus langsung masuk ke aksi.

Dream / Vision Prologue:

Jenis prolog yang menyajikan mimpi, penglihatan, atau kilasan bawah sadar tokoh sebagai pembuka cerita. Prolog ini sering kali tidak bersifat literal, melainkan simbolis atau metaforis, dan berfungsi menanamkan pertanyaan, firasat, atau suasana batin yang akan beresonansi sepanjang novel.

Menurut penelitian dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (2021), dream prologue lazim digunakan dalam genre psikologis, fantasi, atau fiksi surealis untuk membangun atmosfer misterius dan menyiapkan konflik batin tokoh utama.

Dari sisi praktik profesional, penulis fiksi metaforis seperti Eka Kurniawan memanfaatkan teknik ini untuk menciptakan jalinan antara realitas dan absurditas sejak halaman pertama.

Dalam sebuah diskusi penulisan, Intan Paramaditha menyebut bahwa prolog berbasis mimpi atau penglihatan memungkinkan penulis “menyisipkan kode simbolik” yang baru dipahami pembaca setelah mereka menyelesaikan cerita. Hal ini memberi pengalaman membaca yang lebih reflektif dan berlapis.

Prolog Aksi - Action Prologue:

Prolog yang langsung menempatkan pembaca di tengah peristiwa intens seperti pertarungan, pengejaran, bencana, atau konflik mendadak bahkan sebelum tokoh utama diperkenalkan sepenuhnya.

Tujuannya adalah menciptakan ketegangan awal, membangun ritme cepat, dan menarik perhatian sejak kalimat pertama. Menurut kajian dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (2022), prolog aksi sering digunakan dalam genre thriller, petualangan, dan fiksi kriminal, di mana dinamika peristiwa menjadi daya tarik utama cerita.

Penulis seperti Tere Liye kerap menggunakan teknik ini untuk langsung mengait emosi pembaca dengan kejadian yang tampak "besar", meskipun baru akan dijelaskan secara utuh dalam bab-bab selanjutnya.

Sementara itu, menurut Clara Ng dalam seminar kepenulisan, prolog aksi efektif bila mampu mengungkap sesuatu yang tidak hanya mendebarkan tetapi juga relevan dengan tema utama cerita misalnya, peristiwa masa lalu yang memicu konflik tokoh di masa kini.

Prolog Flashback & Flash-forward:

Prolog yang memanfaatkan lompatan waktu baik ke masa lalu flashback maupun ke masa depan flash-forward untuk membuka cerita. Teknik ini digunakan untuk memberikan konteks emosional, latar peristiwa penting, atau gambaran konflik yang akan terungkap seiring perkembangan alur.

Menurut kajian dari Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma (2020), penggunaan lompatan waktu dalam prolog memungkinkan pembaca memahami motivasi atau konsekuensi tindakan tokoh sebelum narasi utama dimulai.

Penulis seperti Leila S. Chudori dalam Pulang menggunakan teknik flashback dalam prolog untuk membawa pembaca ke periode sejarah tertentu yang menjadi akar konflik tokoh.

Sementara itu, dalam fiksi kontemporer, penulis seperti Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie kerap memakai prolog flash-forward untuk memberikan cuplikan masa depan yang absurd atau mengejutkan, menciptakan rasa penasaran yang terus menggantung.

Editor fiksi dari Penerbit Mojok, Joko Pinurbo, juga menekankan bahwa prolog semacam ini bisa efektif bila memiliki kaitan tematis yang kuat dan mampu membingkai narasi dengan cerdas, bukan sekadar membuat pembaca bingung.

Contoh Prolog Flash-forward dari Novel “Sepatu Dahlan” karya Khrisna Pabichara.

Novel yang diangkat dari kisah nyata seorang Dahlan Iskan, dimulai dari sebuah peristiwa yang terjadi dan membawa sang tokoh utama ke masa kecilnya.

Menulis Prolog Novel

Panduan Menulis Prolog Dengan Mengkaji Contoh Prolog dari Novel Cetak.

Setelah memahami fungsi dan jenis-jenis prolog, langkah berikutnya adalah mempelajari bagaimana menulis prolog secara efektif.

Salah satu cara yang cukup membantu adalah dengan mengamati contoh-contoh prolog dari novel yang sudah diterbitkan secara cetak. Melalui analisis terhadap prolog-prolog tersebut, penulis bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana penulis profesional menyusun kalimat pembuka, membangun suasana, atau menanamkan petunjuk awal tentang konflik dalam cerita.

Prolog yang berhasil umumnya memiliki ciri yang sama: jelas tujuannya, padat informasinya, dan mampu membangkitkan minat pembaca. Dengan membandingkan berbagai pendekatan yang digunakan oleh penulis lain, kita bisa memahami apa yang membuat sebuah prolog efektif:

  • Prolog Tidak Terlalu Kompleks. Pembaca harus merasa tertarik, bukan terbebani. Cukup berikan secuil informasi untuk dicicipi yang memancing rasa ingin tahu, tapi jangan secara rinci. Prolog harus memberikan konteks, tapi gak harus kompleks. Juga, tetap harus memiliki konektivitas atau benang merah.
  • Prolog cuma Sebagai Petunjuk. Prolog bukan pertunjukan, tapi bisa memberikan petunjuk-petunjuk kecil yang baru terasa penting di pertengahan atau akhir cerita. Kalau kamu buat prolog seperti itu, kamu akan bikin pembaca merasa "Oh, jadi ini maksud prolog tadi!" setelah dia membacanya.
  • Prolog Bukan Bagian dari Opening Lines. Idealnya, prolog jangan terlalu panjang, karena bisa bikin pembaca capek sebelum masuk ke cerita utama dan gak berarti harus pendek.

Sederhananya, Prolog bukan bagian dari opening-lines yang menjadi tugasnya Bab Pertama. Seperti yang sudah dijelaskan, prolog punya peran dan fungsinya sendiri.

Lalu, Bagaimana Cara Membuat Prolog yang Ideal, Efektif, Menarik sesuai Fungsi dan Peran?

Dari hal-hal yang sudah saya paparkan, sebenarnya mudah sekali membuat prolog yang menarik; yang sesuai fungsi dan perannya. Berikut ini, beberapa poin penting untuk dipertimbangkan ketika kamu hendak membuat prolog untuk karya tulis kamu.

  • Tentukan tujuan prolog: Apakah untuk latar belakang, nuansa, atau misteri?
  • Pilih jenis prolog yang sesuai, seperti yang sudah saya kaji di atas.
  • Buat kalimat pembuka yang menggugah rasa penasaran: Misalnya kalimat langsung, pertanyaan retoris, atau pernyataan mengejutkan.
  • Jaga prolog tetap ringkas dan relevan: Hindari menjelaskan terlalu banyak detail. Ingat! Prolog itu gak harus kompleks!
  • Gunakan gaya penulisan yang sesuai dengan isi cerita utama: Supaya tidak terasa janggal saat pembaca berpindah ke bab pertama.
  • Pastikan ada kaitan yang jelas dengan cerita utama: Prolog yang baik akan terasa bermakna setelah cerita utama berkembang.

Kesalahan Umum ketika Menulis Prolog.

Dari hal yang sudah saya paparkan, saya menyimpulkan beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan penulis ketika menulis prolog berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan pemahaman pribadi

  • Prolog malah memberikan kesan novel yang membosankan: Hindari menjadikan prolog sebagai info dump.
  • Terlalu padat atau terlalu detail: seakan-akan menjadi suatu bab utuh padahal seharusnya tidak.
  • Tidak berkaitan dengan cerita utama: Pembaca bisa kecewa dan menyesal karena telah membaca prolog.
  • Prolog berisi twist besar: Sebab mestinya, prolog gak bisa berdiri sendiri karena dapat mengurangi kekuatan bab-bab berikutnya.

Konklusi:

Prolog adalah bagian awal yang bersifat opsional tapi dapat memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman membaca sebuah novel. Prolog berfungsi sebagai pengantar yang membantu pembaca memahami konteks, latar, atau konflik utama sebelum cerita dimulai. Dalam beberapa kasus, prolog juga bisa digunakan untuk membangun suasana, memberikan kejutan, atau menyampaikan informasi dari sudut pandang tokoh lain.

Akan tetapi, prolog bukan keharusan. Tidak semua cerita membutuhkan prolog. Keputusan untuk haruskah menulis prolog tentu didasarkan pada kebutuhan, bukan sekadar gaya. Prolog yang baik tidak terlalu panjang, memiliki fungsi yang jelas, dan tetap relevan dengan isi cerita.

Dengan memahami pengertian, jenis, fungsi, serta contoh-contoh prolog dari novel cetak, penulis dapat menentukan apakah prolog memang dibutuhkan dalam cerita yang sedang ditulis. Jika iya, maka prolog seharusnya menjadi alat yang memperkuat narasi, bukan sekadar tambahan yang bisa diabaikan.

Setelah membaca artikel ini, cobalah bereksperimen menulis prolog untuk ceritamu sendiri. Tidak perlu memaksa harus langsung bagus, fokus saja pada tujuan dan fungsi naratifnya.

Tanyakan pada diri sendiri:

  1. Informasi apa yang perlu diketahui pembaca sebelum cerita dimulai?
  2. Apakah adegan atau latar ini lebih efektif jika diletakkan di luar bab pertama?
  3. Apakah prolog ini benar-benar menambah nilai pada cerita?

Kamu bisa mulai dengan menulis satu paragraf pendek yang menggugah rasa ingin tahu, lalu lihat bagaimana tulisan itu bisa berkembang menjadi prolog yang utuh. Jangan ragu juga untuk membaca ulang prolog-prolog dari novel cetak untuk melihat pendekatan yang digunakan penulis lain.

Menulis prolog bukan tentang mengikuti aturan, tapi memahami fungsinya dalam struktur cerita. Jika digunakan dengan tepat, prolog bisa menjadi pembuka yang kuat untuk menarik pembaca sejak halaman pertama.

Kalau kamu ingin mendapatkan tanggapan dari saya akan prolog kamu, jangan segan untuk menulisnya di kolom komentar atau terhubung dengan sosial media saya.

Bibliografi: Sumber Pustaka.

Ketika menulis artikel ini, saya mengumpulkan banyak pendapat dan penjelasan dari orang lain yang dipublikasikan di website, dan laman blog berbahasa Indonesia, maupun bahasa Inggris.

Sumber Akademik (Kajian Universitas dan Jurnal)

  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. (2020). Struktur Awal dalam Novel Modern Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. (2019). Jurnal Bahasa dan Sastra, 21(1), 55–70. Fungsi Prolog sebagai Perangkat Naratif dalam Karya Fiksi Indonesia.
  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. (2021). Narasi & Identitas: Pendekatan Struktural dalam Sastra Indonesia. Surabaya: UNAIR Publishing.
  • Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. (2020). Jurnal Kritik Sastra, 18(2), 33–47. Manipulasi Waktu dalam Prolog: Antara Flashback dan Flash-forward.
  • Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. (2021). Eksposisi dalam Narasi: Kajian Gaya dan Struktur. Yogyakarta: UNY Press.
  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. (2022). Jurnal Linguistik dan Sastra, 26(3), 101–116. Panjang Ideal dan Efektivitas Prolog dalam Novel Indonesia Kontemporer.
  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. (2021). Tugas Struktural Prolog dalam Novel Realis Indonesia. Padang: Andalas Literary Review.
  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. (2022). Fungsi Naratif Prolog dalam Karya Fiksi Populer. Makassar: Jurnal Ilmu Budaya.
  • Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. (2022). Aksi sebagai Pembuka: Prolog dalam Sastra Petualangan dan Thriller. Denpasar: Bali Studies in Literature.
  • Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. (2021). Simbolisme dalam Prolog Mimpi: Kajian Psikologi Sastra. Surabaya: Jurnal Poetika.

Pandangan Profesional & Praktisi

  • Ayu Utami. (2009). Menulis dari Bawah Sadar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
  • Seno Gumira Ajidarma. (2015). Sastra dan Sensualitas Narasi. Jakarta: Komunitas Utan Kayu.
  • Leila S. Chudori. (2012). Pulang. Jakarta: KPG.
  • Ahmad Tohari. (2000). Ronggeng Dukuh Paruk (Trilogi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Bernard Batubara. (2020). Creative Writing Workshop Series. Webinar series, Bentang Pustaka.
  • Clara Ng. (2018). Menulis Itu Kerja Hati. Jakarta: Gramedia Writing Class.
  • Dee Lestari. (2014). The Anatomy of Storytelling. Jakarta: Workshop Catatan Dee.
  • Eka Kurniawan. (2016). Cerita-Cerita Absurd dan Gagasan Brutal. Bandung: Penerbit Buku Mojok.
  • Intan Paramaditha. (2019). Narasi dan Perlawanan: Menulis Fiksi Feminis. Jakarta: Komunitas Salihara.
  • Windy Ariestanty. (2013). Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi. Jakarta: GagasMedia.
  • Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. (2021). Novel adalah Dunia yang Retak. Bandung: IceCube Publishing.
  • Joko Pinurbo. (2022). Menjadi Editor, Menjadi Pembaca Pertama. Pelatihan Penulisan Mojok.co.

Laman Web dan Artikel

  • Landsborough, Doug. [2023, April 23] dalam, “What's the Perfect Length for a Prologue?”, diakses pada Oktober 2024, dari laman Dabble Writer.
  • Valante, Tal. [2004] dalam “Where to Begin? When, Where and How to Write a Prologue”, diakses pada Oktober 2024, dari laman: Writing World.
  • Chesson, Dave. [2023, Desember 7] dalam “What is a Prologue & How to Write One”, diakses pada Oktober 2024, dari laman Kindlepreneur.
  • Proofread [2022, September 29] dalam “Examples of Engaging Prologues”, diakses pada Oktober 2024 dari laman: Proofread.
  • Christvidya, Kezia Prasetya. [2020, Desember 23] dalam “Pengertian, Jenis dan Cara Membuat Prolog yang Benar”, diakses pada Oktober 2024 dari laman: Fimela.

Apa yang saya tampilkan sebagai contoh prolog merupakan hasil screenshot dari beberapa buku yang dapat diakses “contoh gratis”-nya di Google Play Book. Hasil screenshot tidak mengarah pada pelanggaran hak cipta—saya harap begitu.

  1. Pidi Baiq; Helen & Sukanta [2019] - ©Mizan Digital Publishing. - The Panasdalam Publishing.
  2. Risa Sarasvati; Hans [2017] - ©Bukune. - Kawah Media.
  3. Aika; Terjebak Dalam Dunia Novel [2023] - ©Atika Books.
  4. Krisna Pabichara; Sepatu Dahlan [2012] - ©Mizan - NouraBooks.

Hendy Jobers

Blogger di https://kepenulisan.com/ - Menjabat sebagai Pak RT di Grup Shitpost dan Meme Kepenulisan di Facebook, INGIN MENJADI PENULIS. NAMUN, ENGGAN MENULIS.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama