Novel merupakan karangan prosa yang menceritakan rangkaian kejadian dalam cerita yang memerlukan alur cerita terstruktur. Alur cerita (atau struktur alur) adalah unsur esensial novel yang harus dipersiapkan sejak awal karena perannya sangat krusial.
Saya pernah bertanya ke rekan-rekan penulis di grup kepenulisan; sebagian besar dari mereka sepakat, bagian paling rumit dalam menulis novel adalah mengatur alur cerita. Bahkan, ada meme yang sangat relevan beredar di grup INGIN MENJADI PENULIS. NAMUN, ENGGAN MENULIS.
Meme itu menginspirasi saya untuk menulis artikel ini; yang menjadi artikel pengembangan dari pembahasan akan cara membuat kerangka cerita. Dari meme itu pula saya yakin bahwa kebanyakan author novel biasanya terkendala dua hal jika membicarakan alur, yaitu; writer's block dan plot hole.
Oleh sebab itu, topik struktur alur pada novel yang akan menjadi pembahasan dalam artikel ini diharapkan dapat mengatasi dua hal tersebut dengan tiga pokok pembahasan yang akan saya jabarkan, yakni:
- Definisi Struktur Alur Cerita Novel beserta Jenis, Bentuk, dan Contohnya.
- Plot Point dan Mapping Plot
- Manfaat dan Tujuan dari memahami Struktur Alur Cerita.
Tak hanya itu, ada pula beberapa pertanyaan yang saya kumpulkan dan akan saya jawab berdasarkan penjelasan yang akan saya paparkan berikut. Apabila kamu memiliki pertanyaan, silakan tulis di kolom komentar.
Jadi…
Apa itu Struktur Alur?
Definisi struktur alur dapat diartikan sebagai serangkaian peristiwa yang disusun saling berkaitan membentuk jalan cerita. Struktur alur dalam novel biasanya mengandung beberapa bagian, yaitu: bagian pengenalan, bagian pengungkapan, bagian puncak, penyelesaian, dan bagian penutup.
Bagian-bagian yang terkandung di dalam struktur alur cerita tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa poin. Nah, poin-poin itu umum disebut sebagai plot point, yang di antaranya:
- Orientasi dan Eksposisi: bagian yang memperkenalkan tokoh dan latar cerita.
- Komplikasi: bagian yang memperkenalkan konflik
- Evaluasi: bagian yang sering disebut sebagai klimaks cerita, yang disebabkan dari orientasi, eksposisi, dan komplikasi.
- Resolusi: bagian penyelesaian sebuah konflik yang ditanggapi si tokoh, dan menjadi bagian yang mengantarkan pembaca ke penutup.
- Koda: bagian yang disebut sebagai ending cerita, atau bagian penutup.
Rangkaian bagian tersebut menciptakan alur cerita (plot) yang bisa berbentuk maju, mundur, atau campuran. Dalam istilah pendidikan sastra, struktur ini juga disebut alur dalam cerita naratif.
Setelah memahami definisinya, mari beralih ke pembahasan yang lebih aplikatif — tentang jenis-jenis struktur alur cerita yang umum digunakan oleh penulis dan pengarang.
Jenis Struktur Alur Cerita
Jika kamu perhatikan, setiap cerita — baik itu novel, cerpen, maupun film — memiliki pola alur yang khas. Namun secara umum, alur cerita dalam karya fiksi dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk utama.
Di Indonesia, kita mengenal tiga jenis utama alur dalam novel dan cerpen:
- Alur Maju (Progresif): Dikenal juga sebagai alur linear atau kronologis, di mana cerita disampaikan berdasarkan urutan waktu yang sebenarnya — dari awal hingga akhir tanpa kilas balik. Contoh: Laskar Pelangi, Cinderella, atau Timun Mas.
- Alur Mundur (Flashback): Cerita dimulai dari peristiwa masa kini atau akhir, lalu beralih ke masa lalu. Teknik ini sering dipakai untuk memperkaya alur cerita kompleks, memberi kedalaman psikologis, dan menciptakan ketegangan. Contoh: Titanic atau Ayat-Ayat Cinta 2.
- Alur Campuran (Nonlinier): Gabungan antara maju dan mundur. Cerita bisa bergerak ke depan, lalu sesekali kembali ke masa lalu untuk menjelaskan latar tokoh atau konflik. Alur seperti ini sering ditemukan pada cerita fantasi atau film modern seperti Inception yang dikenal juga sebagai alur kompleks.
Jenis struktur alur ini yang menjadikan setiap alur cerita novel terasa unik. Seorang penulis dapat bereksperimen dengan struktur peralihan alur untuk menciptakan efek kejutan, ritme emosional, atau bahkan permainan waktu yang khas.
Setelah memahami jenis-jenis alur, langkah berikutnya adalah mengenali bentuk visual atau peta alur yang bisa membantu kamu menyusun cerita dengan lebih terarah.
Contoh Struktur Alur: Mapping Plot
Untuk memahami alur secara lebih mudah, banyak penulis menggunakan metode yang disebut mapping plot; yakni membuat diagram atau kerangka alur cerita agar peristiwa dalam novel tersusun logis.
Mapping plot membantu penulis memahami rangkaian peristiwa yang saling berkaitan, serta bagaimana tiap bagian membentuk ketegangan dan penyelesaian dalam cerita.
Beberapa bentuk struktur alur cerita dalam novel yang paling umum meliputi:
- Struktur piramida Freytag
- Struktur tiga babak (Three Act Structure)
- Struktur Save the Cat
- Struktur Snowflake
- Struktur alur petualangan (Hero’s Journey)
- Struktur melingkar atau spiral
- Struktur akar atau cabang paralel
Dari berbagai bentuk tersebut, dua struktur paling populer yang paling mudah diterapkan oleh penulis fiksi adalah alur piramida dan alur tiga babak.
Ayo bahas!
Struktur Alur Piramida
Struktur alur ini juga dikenal sebagai plot piramida, berbentuk segitiga, menggambarkan kenaikan dan penurunan ketegangan cerita:
- Eksposisi (Orientasi) – pengenalan tokoh, latar, dan situasi awal.
- Rising Action (Komplikasi) – munculnya masalah dan peningkatan konflik.
- Klimaks – puncak konflik; titik balik utama cerita.
- Falling Action (Resolusi) – dampak atau konsekuensi dari klimaks.
- Denouement (Koda) – penyelesaian akhir dan penutup kisah.
Struktur Alur Tiga Babak
Struktur tiga babak memberikan kerangka yang jelas dan seimbang dengan memecah cerita menjadi tiga bagian utama: pembuka, pengembangan, dan penutup yang masing-masing punya fungsi berbeda dalam membangun emosi dan ketegangan.
- Bagian Pembuka (Eksposisi dan Orientasi) Mengenalkan tokoh, latar, dan motivasi utama protagonis.
- Bagian Tengah (Konflik dan Perkembangan Alur). Di sinilah fungsi bagian tengah cerita berperan besar: memperkuat konflik, memperlihatkan pertumbuhan tokoh, serta memunculkan kejadian-kejadian penting yang menciptakan ketegangan dan suspense.
- Bagian Penutup (Klimaks dan Resolusi). Konflik mencapai puncak, lalu diakhiri dengan penyelesaian yang memuaskan atau menggugah.
Struktur ini fleksibel untuk berbagai jenis narasi; mulai dari novel, cerpen, hingga skenario film karena tetap menjaga alur cerita agar logis dan terarah.
Nah, setelah kita memahami bentuk dan modelnya, kini saatnya membahas bagaimana kualitas alur cerita yang baik dapat menentukan keberhasilan sebuah karya.
Sifat Alur Cerita yang Baik
Struktur yang rapi belum tentu berarti alurnya kuat. Dalam teori sastra, ada tiga sifat penting yang wajib dimiliki setiap alur dalam karya naratif, seperti dijelaskan Kenney William Patrick dalam How to Analyze Fiction (1939):
- Plausibility (Kemungkinan): Cerita harus terasa mungkin dan dapat dipercaya sesuai dengan dunia yang dibangun. Bahkan dalam fiksi fantasi, keajaiban tetap perlu memiliki aturan agar masuk akal bagi pembaca.
- Coherence (Keseluruhan). Setiap peristiwa harus saling berhubungan secara logis dan kronologis, membentuk rangkaian alur cerita yang mudah diikuti.
- Unity (Kesatuan). Semua bagian cerita mulai dari tema, tokoh, hingga peristiwa harus saling mendukung dan menciptakan kesatuan makna.
Selain itu, ada juga unsur tambahan: kesederhanaan, kejelasan, dan keberhasilan. Ketiganya membantu memastikan alur cerita dalam novel tetap mudah dipahami tanpa kehilangan kedalaman.
Setelah memahami sifat-sifatnya, mari kita lihat alasan praktis: mengapa penulis perlu menyusun struktur alur cerita sebelum mulai menulis?
Manfaat dan Tujuan Menyusun Struktur Alur Cerita
Tujuan utama membuat struktur alur adalah agar penulis tidak kehilangan arah di tengah proses kreatif. Struktur berfungsi sebagai kompas, membantu kamu tetap konsisten dalam logika cerita, ritme, dan emosi.
Manfaat:
- Mengorganisir ide dan kronologi dengan lebih rapi.
- Membuat cerita lebih mudah dipahami dan diikuti pembaca.
- Membangun kejadian yang menciptakan ketegangan dan drama.
- Menghindari plot hole dan memastikan setiap bagian punya fungsi.
Tujuan:
- Menjaga alur tetap logis dari awal hingga akhir.
- Menumbuhkan disiplin dan arah dalam proses menulis.
- Memberi pengalaman menulis yang terstruktur dan berkesinambungan.
Jika kamu perhatikan, manfaat dan tujuan ini akan terasa ketika kamu mulai mengaplikasikan struktur ke dalam praktik menulis. Maka dari itu, mari lanjut ke beberapa pertanyaan umum yang sering muncul saat membahas alur cerita dan struktur novel.
Tanya Jawab Perihal Struktur Alur Cerita
1. Apakah boleh menempatkan kilas balik di tengah cerita? Boleh, selama fungsi flashback jelas, misalnya untuk memperkuat latar belakang tokoh atau memperdalam konflik. Namun, hindari menempatkannya di puncak klimaks karena dapat menurunkan intensitas emosi dan ketegangan.
2. Apakah bisa membuat alur tambahan dari tokoh lain? Bisa. Alur sampingan (subplot) bisa memperkaya narasi dan memberikan sudut pandang baru. Pastikan subplot tetap berhubungan dengan alur utama agar kesatuan struktur cerita tidak terpecah.
3. Bagaimana mengatasi plot hole dengan struktur alur? Gunakan outline atau mapping plot sebagai panduan. Ketika menemukan ketidakkonsistenan, evaluasi hubungan sebab-akibat setiap kejadian. Koreksi bagian yang melanggar koherensi dan logika cerita, dan jangan takut menghapus adegan yang tidak relevan.
Penutup
Pada akhirnya, memikirkan struktur alur cerita sejak tahap pra-penulisan bukan hanya langkah teknis tapi juga bentuk kesadaran kreatif seorang penulis. Struktur alur berperan sebagai benang merah yang merajut semua unsur intrinsik dan ekstrinsik novel, membentuk kisah yang solid dan bermakna.
Setiap alur cerita dalam novel adalah perjalanan emosi yang membawa pembaca dari pengenalan hingga penyelesaian.
Ketika alur tersusun dengan baik, pembaca tidak sekadar membaca — mereka ikut mengalami.
Jadi, sebelum kamu menulis bab pertama, pastikan kamu sudah menyiapkan kerangka dan struktur alur cerita yang matang. Karena di situlah letak kekuatan sejati seorang penulis: bukan hanya menulis banyak kata, tapi menulis dengan arah, irama, dan makna.


