Membuat kerangka cerita merupakan satu langkah awal dari proses menulis novel yang disebut pra-penulisan. Bukan suatu keharusan melainkan anjuran, khususnya untuk penulis pemula agar kreativitas tetap terstruktur, punya tujuan menulis, serta rencana menulis.
Mengapa dianjurkan?
Mengutip pendapat dari Dee Lestari dalam paragraf di sebuah artikel apresiasi buku Save the Cat: Write a Novel bilang, kalau …
“... menguasai struktur cerita dapat memberikan pondasi yang solid untuk menjadi pencerita yang baik.”
Melalui artikel yang disusun atas pengalaman pribadi, disertai dengan pemahaman, pandangan dan pengetahuan yang didapatkan dari diskusi di kelas menulis online. Hai kenalin, saya Hendy Jobers; akan mengajakmu memahami cara membuat struktur atau kerangka cerita secara menyeluruh dengan contoh dan studi kasus, mulai dari:
- Menentukan premis
- Mengembangkan logline
- Menyusun plot point
- Membuat outline.
Sebagai pembuka, mari memulainya dari dasar topik pembahasan terlebih dahulu.
Pra-penulisan Novel.
Prapenulisan novel merupakan langkah awal dari menulis novel yang dalam tahap ini, seorang penulis akan mempersiapkan diri; untuk mendapatkan "sesuatu" yang akan ditulis seperti menentukan arah cerita, merancang dasar alur dan mencari tahu informasi seperti apa saja yang dibutuhkan.
Persiapan perlu dilakukan karena menulis novel tak bisa ditulis langsung jadi, seperti ditegaskan oleh Jie Effendie seorang Editor Senior yang menulis tanggapan di buku Save the Cat: Writes a Novel versi terjemahan dari Dee Lestari, bilang …
“Menulis novel adalah proses yang sulit, melelahkan, dan sering kali membuat kita tersesat di tengah-tengah proses menulis.”
Untuk mengantisipasi rasa terserah di tengah proses menulis itu bisa dilakukan dengan memulai hal kecil seperti: membuat tokoh, menentukan konflik utama, memahami tema dan amanat novel, juga membangun alur dasar.
Dari langkah-langkah kecil itu, kamu sebagai penulis pemula akan merasa lebih percaya diri, lebih fokus, dan lebih siap menghadapi pasang surut proses kreatif nantinya. Jadi, dari tahap ini kamu harus sadar bahwa tata cara menulis novel bukan sekadar tentang menemukan inspirasi, melainkan menstrukturkan imajinasi melalui kerangka cerita.
Apa itu Kerangka Cerita?
Kerangka cerita adalah rancangan dasar yang biasanya berisi tulisan satu halaman, diagram, atau peta konsep. Bentuknya bisa bermacam-macam dan nggak ada aturan baku yang membuatnya harus begini atau begitu.
Dengan kata lain, kerangka cerita cuma harus bisa membantu penulis memahami “apa yang akan ditulis” sebelum benar-benar menulisnya, tak peduli bagaimana bentuknya.
Tak harus kaku, tapi harus fleksibel karena akan berubah seiring proses menulis. Sebab tujuan dari kerangka cerita itu bukan untuk membatasi kreativitas, tapi sebagai wadah penampung inspirasi kreatif.
Lalu, bagaimana cara menyusun struktur cerita? Berikut…
Panduan Cara Menyusun dan Membuat Kerangka Cerita: Penjelasan disertai Contoh.
Faktanya, membuat kerangka cerita tidak serumit yang dibayangkan bahkan lebih seru dan serius daripada proses menulis itu sendiri. Karena, kreativitas, imajinasi, inspirasi, bahkan gagasan liar; akan lebih sering muncul organik.
Ketika membuat kerangka cerita, saya membagi menjadi empat langkah utama:
- Menentukan ide cerita menjadi premis.
- Mengembangkan logline dari premis.
- Menyusun plot point atau struktur alur.
- Merangkai outline
Mari bahas satu per satu!
Katakanlah saat ini kamu sudah punya ide cerita, tapi ide cerita tentu bukan cuma satu aja, ada banyak bahkan sampai membuat penulis biasanya bingung sendiri karena kebanyakan ide.
Saya memerhatikan penulis pemula di grup Facebook, sebenarnya hampir jarang sekali yang merasa kekurangan ide, justru malah mengalami kebingungan karena kebanyakan ide.
Nah, ini lah yang menjadi alasan kenapa membuat kerangka menjadi sangat krusial. Ide-ide yang kusut akan disulam terlebih dulu menjadi benang merah dalam kalimat sederhana yang disebut premis cerita!
Apa itu Premis Cerita dan Bagaimana Cara Menyusunnya?
Premis berasal dari kata dalam bahasa Inggris “premise”, yang berarti “dasar pemikiran” atau “alasan logis”. Dalam konteks penulisan novel, premis adalah inti cerita atau pernyataan singkat yang menjelaskan "apa" yang akan terjadi disertakan alasannya.
Mengutip pemahaman dari James N. Frey dalam How to Write a Damn Good Novel yang dia tulis menjelaskan bahwa premis adalah:
“Pernyataan dasar yang menjadi inti cerita dan sumber dari semua tindakan dan akibat di dalam cerita.”
Dalam KBBI juga dijelaskan kalau premis artinya: landasan kesimpulan; dasar pemikiran; alasan. Artinya, premis adalah pondasi logika cerita. Dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan besar menjadi lebih sederhana dan jelas, seperti:
- Apa inti ceritanya?
- Siapa tokohnya?
- Konflik apa yang akan dihadapi?
Premis yang memastikan setiap unsur-unsur intrinsik cerita tetap saling terhubung, dan menyederhanakan ide-ide cerita dari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan di atas.
Contoh premis cerita:
“Katniss Everdeen memilih untuk mengajukan diri sebagai tribute distrik 12 di kompetisi Hunger Games ke-74 karena menggantikan adiknya yang terpilih di hari penuaian.”
Bisa juga menggunakan formula premis dari Ernest Prakasa yang pernah dibahasnya dalam video YouTube bertajuk “Tips Menulis: Menciptakan Premis Cerita”.
Who – What – But (Siapa – Apa – Tapi)
Contoh:
- Siapa: Juragan sembako
- Apa: Mau mewariskan toko
- Tapi: Anaknya lebih memilih karir
Perlu ditegaskan, bahwa membuat premis itu hanya untuk membantumu menyederhanakan ide saja, tak perlu terpaku harus benar dan jangan takut salah. Jika kamu memang punya cara khusus yang lebih kreatif untuk menyederhanakan ide, maka lakukan saja.
Oke, katakanlah sekarang kamu sudah punya premis cerita; satu kalimat sederhana aja. Terus selanjutnya bagaimana? Premis masih harus dikembangkan menjadi logline. Anggap saja kalau premis cerita tuh seperti benih, maka si logline ini ibarat akar-akarnya yang mulai menjalar.
Logline: Ringkasan Cerita, Mirip Sinopsis tapi Berbeda!
Logline merupakan satu paragraf yang merangkum keseluruhan cerita. Isinya menjelaskan siapa tokohnya, apa yang dia inginkan, dan konflik utama yang akan dihadapi. Kalau premis satu kalimat, logline satu paragraf tapi tak harus panjang seperti sinopsis cerita.
Sinopsis menjelaskan, logline hanya memberi gambaran. Hal ini dijelaskan oleh Emily Park mengutip dari laman Fictionary yang mengungkapkan bahwa…
Sinopsis memberikan ikhtisar singkat tentang peristiwa penting dalam satu paragraf atau lebih, sementara logline tidak memerlukan banyak detail atau informasi spesifik. Tujuan logline adalah untuk menarik minat, bukan memberi informasi. Logline lebih berisi siapa, mengapa, atau apa penyebabnya.
Hal ini juga selaras dengan pendapat AJ Unitas dari StudioBinder, seorang Content Specialist yang bertanggung jawab untuk membuat konten terkait naskah dan perencanaan produksi, mengatakan:
Logline menjelaskan inti cerita, sementara sinopsis adalah penceritaan alur.
Bentuknya memang mirip, tapi fungsi dan peran sinopsis dan logline jelas berbeda. Berikut contoh dari logline:
Katniss Everdeen mengajukan diri sebagai tribute demi menggantikan adiknya yang terpilih di hari penuaian dalam Hunger Games ke-74, dia harus bertahan hidup melawan 23 peserta lain supaya bisa tetap hidup dan kembali ke rumahnya.
Dari logline di atas, pembaca atau kamu sebagai penulis akan terpicu untuk ingin tahu: Siapa itu Katniss? Mengapa dia menggantikan adiknya? Apa itu Hunger Games?
Saya akan perkenalkan formula killogator untuk memudahkan proses menyusun logline dengan menjawab pertanyaan atau (5W+1H). Formula ini saya dapatkan dari kelas menulis online di WhatsApp beberapa tahun lalu.
Formula Killogator: Cara Membuat Logline untuk Kerangka Cerita Novel dengan 5W+1H
Formula killogator diciptakan oleh penulis fiksi genre thriller asal Amerika, Graeme Shimmin, yang mengajak penulis untuk berani menyaring unsur-unsur intrinsik novel menjadi inti dari cerita dan menyusunnya menjadi satu kalimat ringkas supaya memantik diri.
Formula killogator logline untuk membuat logline:
Di sebuah (Setting), seorang (Protagonis) menghadapi (Masalah/Konflik) karena (Antagonis/Halangan) saat mencoba untuk (Tujuan/Pencapaian).
Contoh logline dengan formula killogator:
Di Distrik 12 [Setting], Katniss Everdeen [Protagonis] menggantikan adiknya [Masalah] di Hunger Games ke-74 [Antagonis] dia harus bertahan hidup dalam kompetisi mengerikan [Tujuan]
Hal-hal yang perlu diingat:
- Tak usah pedulikan hal-hal selain logline harus mampu menggodamu untuk ingin terus menulis.
- Terus gali potensi dan temukan sesuatu yang menginspirasi sehingga premise cerita menjadi berkembang.
- Ketika kamu merasa kekurangan inspirasi, atau kebanyakan ide, baca kembali logline yang sudah kamu tulis.
Setelah logline jadi, proses selanjutnya adalah mengembangkannya menjadi skenario cerita atau saya biasanya menyebut struktur alur. Istilah lain, bisa juga disebut sebagai plot point.
Plot Point: Pola Alur Cerita yang Terstruktur.
Plot point atau struktur alur adalah detail peristiwa penting yang membentuk jalannya cerita. Fungsi plot point hanya untuk membantu menentukan arah, ritme, perkembangan tokoh dan karakter dalam novel.
Ada banyak metode dan struktur plot yang bisa dipelajari dari penulis lain. Namun, saya sendiri biasanya menggunakan struktur enam babak, bisa tiga babak atau tujuh babak. Intinya sama saja.
Misalnya, seperti ini:
- Abstrak
- Orientasi
- Komplikasi
- Evaluasi
- Resolusi
- Koda
Saya hanya harus fokus saja pada keenam point tersebut dan memastikan semuanya terhubung satu sama lain. Maksud saya, apa yang ada di bagian resolusi misalnya, itu harus punya keterkaitan di bagian orientasi, begitu juga dengan point lainnya.
Plot point membantu penulis untuk bisa mengeksplorasi potensi dan menemukan ciri khas dalam proses bercerita sehingga meskipun klise, sebuah novel dapat dinikmati oleh penikmat genre tertentu. Hal ini dijelaskan oleh Jie Effendi dalam artikel trik menulis novel di laman blog-nya, yang mengungkapkan:
Meskipun novel memiliki alur cerita yang sama, setiap buku akan berbeda. Apa yang membuat novel menjadi unik adalah detail-detail spesifik dari setiap plot point dan bagaimana poin-poin tersebut sesuai dengan plot.
Selain itu, plot point juga menjadi solusi bagi penulis pemula yang langsung berhenti bahkan ketika baru menulis prolog novel.
Dari apa yang saya perhatikan di grup kepenulisan di Facebook, yang membuat penulis kesulitan memulai menulis kebanyakan karena mengira kalau menulis novel harus dimulai dari bab pertama atau bahkan prolog cerita terlebih dahulu, kemudian ke bagian selanjutnya hingga berakhir ke bab terakhir.
Sama seperti saya dulu ketika pertama kali mencoba menulis novel di Wattpad, saya sering bingung sendiri karena menulis alur tanpa struktur dan terpaku pada proses linear, sehingga setiap adegan dan peristiwa tidak memiliki benang merah; malah menciptakan plot hole yang membuat proses menulis jadi runyam.
Padahal, menulis novel bukan suatu proses linear; bisa saja menulis bagian resolusinya lebih dulu, atau bahkan bagian abstraknya malah ditulis paling akhir. Dari benang merah ini, nantinya akan dijadikan satu rencana menulis yang disebut outline cerita.
Outline: Garis Besar Cerita dan Gagasan Menulis.
Kalau premis adalah inti, logline adalah rangkuman, dan plot point adalah strukturnya; maka outline adalah garis besar cerita. Bisa dikatakan, ya kerangka cerita itu sebenarnya si outline ini.
Bentuk outline bisa berupa dokumen, catatan, atau bahkan coretan di buku. Saya sendiri biasanya membuat outline dengan menulisnya di kertas lebih dulu, lalu memindahkannya di Google Document sambil melakukan beberapa riset untuk memperkuat data dan asumsi.
Meskipun novel itu fiksi, tetap perlu riset juga. Jadi, outline dapat digunakan sebagai wadah penampung hasil riset sebelum menulis novel. Tak hanya itu, outline juga memiliki beberapa fungsi, seperti:
- Mengatur tulisan agar tetap solid.
- Mengatasi writer’s block
- Menjadi bukti orisinalitas karya (karena prosesnya terlihat).
- Memudahkan pengembangan.
- Membangun kebiasaan yang konsisten dengan rencana kerja dan rancangan cerita.
Dari outline, kamu juga bisa menyusun jadwal menulis dan rencana kerja. Ketika kamu memutuskan untuk mau menulis novel, maka; selalu luangkan waktu untuk menulis, jangan menulis di waktu luang!
Setelah memahami beberapa penjelasan, mari ke bagian yang paling menyenangkan dalam artikel ini …
Praktik Membuat dan Menyusun Outline Cerita.
Berikut langkah-langkahnya:
- Catat premis dan kembangkan logline sebagai pondasi cerita.
- Tentukan unsur intrinsik novel.
- Buat profil tokoh atau deskripsi (protagonis dan antagonis)
- Susun skenario cerita dari plot point
- Rancang adegan utama, transisi dan dialog penting
Ingat! Outline bukan satu hal yang kaku. Kamu bebas mengubahnya ketika menemukan ide baru saat proses menulis; sebab semestinya outline harus membuatmu mampu untuk mengevaluasi dan mengeksplor diri, tak apa-apa karena outline bukan pembatas dan penghalang melainkan wadah kreativitas.
Contoh Lengkap Kerangka Cerita Novel.
Saya akan ambil contoh dari Hunger Games, novel fiksi distopia karya Suzanne Collins yang punya struktur sangat kuat dan karakter utama yang jelas.
Penjelasan berikut bukan ulasan novel Hunger Games, melainkan hanya menunjukkan bagaimana kerangkanya bekerja, dan tentu saja; ini bukan struktur cerita resmi yang dibuat oleh Suzanne, saya hanya menstrukturkannya dari cerita yang sudah ada.
Premis The Hunger Games dapat diringkas seperti ini:
Katniss Everdeen menggantikan adiknya untuk ikut dalam kompetisi Hunger Games ke-74 yang selalu diadakan Capitol setiap tahun, dia harus bertahan hidup di arena agar dapat kembali melindungi keluarganya di distrik 12.
Satu kalimat tersebut sudah cukup menggambarkan:
- Siapa tokohnya (Katniss)
- Apa tujuannya (bertahan hidup)
- Apa konfliknya (kompetisi mematikan yang diatur penguasa)
Premis ini sederhana tapi emosional, yang langsung menyentuh karena ada pengorbanan dan perjuangan hidup.
Kalimat logline-nya bisa ditulis begini:
Di dunia pasca-apokaliptik, Panem ceterbagi menjadi beberapa distrik, seorang gadis bernama Katniss memilih menggantikan adiknya dalam ajang Hunger Games yang dibuat Capitol sebagai peringatan atas pemberontakan yang terjadi di Panem.
Logline tersebut menjelaskan:
- Setting: dunia pasca-apokaliptik
- Tokoh utama: Katniss Everdeen
- Tujuan dan konflik: menggantikan adik, tapi harus bertahan hidup
- Taruhannya: hidup dan mati
Hanya dengan membaca kerangka cerita, kamu langsung tahu apa yang dipertaruhkan dan mengapa protagonis terdorong untuk mengajukan diri. Oke, sudah dapat gambaran. Mari mengarah ke skenario cerita.
Nah, di sinilah kerangka mulai terasa hidup. Karena momen-momen besar membentuk cerita bergerak. Kalau kita susun secara garis besar, The Hunger Games memiliki plot point seperti ini:
- Pengenalan (Abstrak – Orientasi): Katniss hidup di Distrik 12, daerah termiskin di Panem. Dia sembunyi-sembunyi dengan Gale berburu ke hutan untuk menghidupi ibu dan adiknya, Prim.
- Pemicu Konflik (Komplikasi): Saat hari penuaian Hunger Games ke-74, nama Prim terpilih. Tanpa pikir panjang, Katniss menawarkan diri sebagai sukarelawan menggantikan adiknya.
- Menuju Arena (Evaluasi): Katniss dan Peeta terpilih menjadi tribute distrik 12, kemudian dia bertemu dengan Haymitch Abernathy. Dengannya sebagai mentor, mereka perlahan-lahan mulai menyadari potensi dan mulai menyusun strategi.
- Konflik Memuncak (Resolusi Awal): Permainan dimulai. Katniss harus menghadapi ancaman dari peserta lain, rasa lapar, dan sistem Capitol.
- Klimaks (Resolusi): Saat Capitol mengubah aturan agar dua peserta dari distrik yang sama bisa menang, Katniss dan Peeta bekerja sama — tapi aturan itu kemudian dibatalkan. Mereka memutuskan menentang sistem dengan tindakan berani yang mengguncang seluruh Panem; sang gadis yang terbakar mulai menyulut api.
- Penutup (Koda): Katniss dan Peeta keluar sebagai pemenang, tapi kemenangan itu menjadi awal perlawanan besar terhadap Capitol.
Setiap plot point membawa perubahan besar, baik untuk cerita maupun tokoh. Hal ini yang membuat pembaca terus ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sekarang, mari lihat bagaimana semua komponen tadi diikat dalam sebuah outline sederhana:
- Pengenalan Distrik 12, hubungan Katniss dengan keluarga, dan penuaian peserta Hunger Games.
- Perjalanan ke Capitol, latihan, dan interaksi awal dengan Peeta.
- Persiapan mental dan fisik menuju arena, konflik psikologis antara harapan dan ketakutan.
- Pertempuran di arena, strategi bertahan hidup, kehilangan sekutu (Rue), dan mulai munculnya simpati terhadap Peeta.
- Klimaks, keputusan menentang aturan permainan, dan kemenangan yang mengguncang sistem.
Outline ini bukan hanya membantu memastikan setiap bab ikut andil dan berkontribusi pada tujuan utama cerita; tidak melebar, bercabang, atau menceritakan sesuatu yang kurang relevan.
Latihan untukmu!
Coba sekarang pikirkan cerita kamu sendiri. Tulis satu kalimat premis, lalu kembangkan jadi logline. Buat tiga hingga lima plot point besar, dan rangkai jadi outline singkat. Perhatikan bagaimana ide yang tadinya terasa abstrak perlahan mulai punya arah dan bentuk.
Jika kamu ingin mendiskusikan akan hal ini, silakan tulis di kolom komentar atau terhubung lewat sosial media berikut:
Kesimpulan:
Membuat kerangka cerita terlebih dahulu sebelum menulis novel bukan perihal membingkai kreativitas, melainkan memberi pijakan yang kuat agar proses menulis novel berjalan lebih terarah, konsisten, dan realistis untuk diselesaikan.
Di tahap pra-penulisan, seorang penulis belajar melihat gambaran besar cerita akan hal yang hendak disampaikan, bagaimana tokohnya berkembang, dan konflik seperti apa yang memengaruhi perjalanan tokohnya nanti.
Empat elemen utama yang telah dibahas: premis, logline, plot point, dan outline berperan sebagai satu kesatuan; yang mana premis berperan menyederhanakan ide, logline merangkum arah cerita, plot point membangun struktur alur, dan outline menyatukan semuanya menjadi rencana penulisan yang jelas.
Ketika keempat komponen ini digunakan bersama, penulis tidak sekadar tahu apa yang harus ditulis, tetapi memahami mengapa unsur-unsur intrinsik novel yang telah ditentukan berperan penting bagi cerita secara keseluruhan.
Melalui contoh dari novel Hunger Games, saya mengajak untuk melihat bagaimana kerangka cerita dapat membantu membangun cerita yang emosional, terstruktur, dan berkaitan.
Penutup
Dalam pengalaman saya bertukar pikiran dengan banyak penulis pemula dan menulis berbagai naskah kreatif, satu hal yang selalu terbukti benar adalah struktur cerita bisa membantu penulis setidaknya bertahan dengan inspirasi bahkan mengevaluasi dan mengeksplor-nya lebih jauh, lebih dalam, dan tak terpikirkan sebelumnya.
Mulailah dari hal sederhana: satu kalimat premis, satu paragraf logline, beberapa plot point besar, lalu rangkai menjadi outline yang fleksibel.
Improvisasi. Kerangka cerita bukan pembatas, tapi sebagai penuntun arah yang membantumu melihat jalan kembali ketika kamu tersesat di tengah proses menulis nantinya dan memberi keyakinan ketika kamu ragu dengan arah yang dipilih.
Jika kamu ingin berdiskusi tentang kerangka cerita, premis, logline, atau outline yang sedang kamu kerjakan, silakan tinggalkan komentar. Saya, Hendy Jobers sebagai Blogger dan Penulis akan selalu bersedia membantu; sekadar mengobrol atau bertukar pikiran melalui media sosial.
