Langkah Menulis Novel di Handphone yang Produktif dan Konsisten!

Nulis novel dari handphone

Menulis novel di handphone tentu bisa dilakukan di industri kepenulisan 4.0 karena kebanyakan cerita-cerita di Wattpad, KBM, Innovel, Fizzo atau aplikasi baca novel populer lainnya, ditulis langsung oleh Author dari smartphone

Karya sastra siber seperti fanfiction, twitterature, hingga web-novel jadi bukti kalau ponsel dalam industri kepenulisan 4.0 kini lebih dari alat komunikasi dan interaksi, tapi juga bisa jadi mesin ketik untuk menulis novel.

Pertanyaannya, bisa gak sih kita benar-benar menyelesaikan satu naskah novel hanya dengan handphone? Pasti ribet karena layarnya kecil, gampang terdistraksi. Tapi kalau tahu caranya, justru nulis di hape bisa jadi cara paling simpel dan praktis buat menuntaskan sebuah karya tulis. Mulai dari proses perencanaan hingga penyuntingan; bisa dilakukan dari handphone.

Hai, saya Hendy Jobers@hendjobers

Artikel ini saya tulis buat ngasih tahu kamu cara menulis novel dari ponsel biar bisa jadi aktivitas yang mudah sekaligus produktif; apalagi kalau dipadukan dengan kecerdasan buatan (AI).

Dari paduan pengalaman pribadi, pandangan dan pemahaman, data, juga riset terkini tentang tren menulis digital; artikel ini saya sajikan untuk kamu yang merupakan seorang penulis pemula, seorang yang benar-benar baru mau mulai nulis tapi cuma punya handphone, penulis enthusiast, penulis amatir, atau seseorang yang ingin menjadi penulis.

Saya begitu bersemangat! 

Mari memulainya dari sebuah pertanyaan yang menjadi dasar pemikiran artikel ini ...

Kenapa Nulis Novel di HP?

Karena perangkat multifungsi satu ini tuh udah umum banget bagi orang Indonesia. Berdasarkan laporan dari Tempo pada Juli 2025, ada 354 juta handphone aktif di negara kita, padahal jumlah penduduk negeri ini saja sekitar 257 juta orang, yang mana 187.7 juta orang merupakan pengguna aktif ponsel pintar.

Gak heran, toh saya sendiri juga punya tiga smartphone: iPhone 13, Samsung Galaxy A16, dan Redmi POCO M3 Pro. Ketiganya saya gunakan untuk hiburan, kerja, dan produktivitas.

Tulisan ini sendiri saya tulis langsung dari smartphone dengan App Google Docs

Bagi saya pribadi, menulis dari hape tuh fleksibel dan aksesibilitas-nya juga mudah. Apalagi kini ada banyak aplikasi yang memang dirancang untuk memudahkan pekerjaan langsung dari layar ponsel.

Berbicara tentang ponsel, ternyata ada bentuk tulisan khusus yang disebut sebagai Keitai Shousetsu atau "novel ponsel". Bentuk tulisan inilah yang menjadi inspirasi hadirnya platform menulis novel seperti Wattpad, Fizzo, Innovel, Storial, hingga Dreame; yang kini telah menjadi aplikasi baca-tulis novel dengan ekosistem dikhususkan mobile-friendly.

Terus …

Lebih Enak Menulis Novel dari Android atau Iphone?

Sama saja.

Saya pakai keduanya, rasanya ya sama aja kalau sudah terbiasa. Gak bisa dipungkiri, memang ada perbedaan sih, hanya saja tak terlalu signifikan.

Menulis di Android

Fleksibel dan ekonomis.

Banyak aplikasi menulis tersedia gratis di Android, mulai dari Google Docs, fitur speech-to-text di gboard-nya seru banget buat dicoba, sampai aplikasi catatan bawaan HP yang bukan sekadar media mencatat saja.

Android juga unggul di harga perangkat: HP mid-range dengan layar lebar dan kapasitas baterai yang besar. Sekarang juga banyak tablet android kan, yang kalau dipilih buat perangkat menulis sudah jadi pilihan yang bagus.

Tapi, kadang performa aplikasi android tuh beda-beda tergantung merk dan spesifikasi.

Misalnya, aplikasi tertentu lebih halus di Samsung, tapi agak lambat di merk Oppo atau Vivo. Jadi pengalaman menulis di Android bisa sangat beragam. Namun, secara keseluruhan, ya sama saja.

Menulis di iOS

Estetika dan ekosistem yang juara.

iOS ngasih pengalaman nulis yang kalau dipakai sambil nongkrong di coffee shop … gimana ya ngomongnya? Hahaha.

Saya pribadi lebih nyaman mengetik panjang di iOS karena keyboard virtualnya terasa lebih responsif. Apalagi, dalam update iOS terbaru, Apple menyematkan fitur AI bernama Writing Tools dengan fungsi seperti Proofread, Rewrite with tone adjustment, Summarize, bahkan Compose with ChatGPT.

Ya, walau bagaimanapun memang tidak bisa disangkal… perangkatnya lebih mahal, kan?

Well ...

Menulis di Handphone Bukan Perihal Perangkat Tapi Konsistensi dan Kebiasaan.

Pada intinya, menurut saya bukan Android atau iOS yang menentukan. Karena yang lebih penting adalah disiplin menulis. Kalau memang sudah terbiasa dan punya handphone “yang ini”, ya pakai saja dulu.

Novel bisa ditulis di Android entry-level sekalipun kalau bisa konsisten menulis dan disiplin. Sebaliknya, meski pakai iPhone terbaru, kalau sering terdistraksi untuk eksplor ekosistem Apple, ya naskah bisa mandek juga, sih.

Lantas…

Bagaimana Cara Konsisten Menulis Novel di Handphone?

Menulis novel dari HP itu gampang dimulai, tapi susah mempertahankan konsisten. Banyak halangan justru datang dari diri sendiri. Saya sendiri sering merasakan semangat di awal membara, tapi seminggu kemudian … yah, begitulah.

Harus disadari bahwa "menulis" memerlukan kebiasaan; harus terbiasa biar bisa. Dari laman Wiley: Online Library, sebuah jurnal psikologi tahun 2009 yang ditulis Philippa Lally, menjelaskan kalau rata-rata diperkirakan butuh 66 hari untuk membentuk ‘kebiasaan’. Kalau di majalah Bobo—saya lupa edisi keberapa karena masih bocah kala itu—diperlukan 21 hari untuk "terbiasa".

Nah, dari 66 hari itu. Sebenarnya dari pengalaman saya; kita bisa menggunakan 21 hari untuk merencanakan tulisan, 21 hari untuk menulis, dan 21 hari untuk merampungkan tulisan. Tiga hari sisanya bisa digunakan untuk beristirahat.

Terus, bagaimana cara supaya mudah terbiasa menulis?

  1. Selalu usahakan untuk mampu menentukan target yang realistis. Saya hanya menulis 300–500 kata per hari, atau 30 menit di waktu istirahat kerja. Target kecil lebih bebas daripada ambisi besar yang malah jadi beban.
  2. Pilih aplikasi yang bukan sekadar nyaman digunakan, tapi juga sesuai dengan kapasitas ponsel-nya. Bagi saya, Google Docs paling nyaman karena otomatis tersimpan di cloud, serta cross-device dan tak terlalu besar ukuran app-nya 
  3. Harus bisa melawan distraksi. Bukab rahasia umum, handphone tuh godaannya banyak: chat, notifikasi, media sosial. Maka, aktifkan mode pesawat atau mode hening / DND ketika menulis.
  4. Kudu punya workflow! Jangan mikir langsung nulis 300 halaman kalau memang kamu belum punya kebiasaan menulis, terus nunggu ada mood menulis dulu, eh malah sibuk ngumpulin mood jadinya. Fokus saja untuk menyelesaikan satu “point”. 
  5. Terakhir, tulis aja dulu, sunting nanti. Setiap novel tuh ditulis melalui proses menulis yang bertahap.

Kalau ngomongin proses menulis; ada yang lebih sistematis dan terstruktur dengan beberapa langkah, yang setiap langkahnya bakalan membentuk kebiasaan. 

Langkah-langkah menulis novel berikut berdasarkan modul “Hakikat Menulis” dari Rektor Universitas Terbuka Periode 2021 s/d 2025, Dr. Mohamad Yunus, S.S., M.A. yang meraih gelar Sarjana Sastra di Universitas Indonesia tahun 1988.

Langkah-Langkah Menulis Novel di HP Tahap demi Tahap.

Sebenarnya, ini tuh langkah-langkah menulis novel yang umum. Mau menggunakan perangkat apapun ya nulis novel tuh seperti ini. Dalam modul “Hakikat Menulis” dijelaskan, kalau:

Menulis merupakan sebuah proses, yang terdiri dari serangkaian tahapan, yaitu tahap (1) prapenulisan, (2) penulisan, serta (3) pascapenulisan; yang mana tahapan-tahapannya tidak bersifat linear melainkan sirkuler dan interaktif.

Apa yang dipaparkan di atas juga saya terapkan dalam proses menyusun artikel ini. Saya merencanakan dulu, riset, memahami materi; lalu menulis, kemudian meninjau dan menyunting sebelum dipublikasikan.

Prapenulisan: Proses Persiapan dan Perancangan.

Sebuah pendapat Proett dan Gill (1986) menjelaskan kalau tahap ini tuh merupakan: 

... momen mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman dengan tujuan untuk mengembangkan isi sehingga apa yang akan ditulis dapat disajikan dengan baik.

Istilah kerennya, ini tuh tahap brainstorming.

Dalam tahap pra-penulisan, biasanya saya bakalan lebih banyak menulis tujuan dan keinginan mau menulis novel seperti “apa” sebagai pondasi, pijakan, atau landasan. Sebagai catatan diri nantinya, agar kelak di tengah proses menulis; ketika sudah mulai terasa tersesat, saya akan baca kembali tujuan awal sebagai pengingat diri. 

Contohnya:

Topik novel ini tentang pendewasaan manusia dari duka dan luka, terkait dengan hal-hal konyol dan tolol serta kerinduan masa-masa kecil. Novel ini saya sajikan karena suka banget dengan novel Hunger Games. Tapi ingin menyampaikan gagasan seperti Franz Kafka mengekspresikan dirinya.

Dari catatan sederhana seperti itu; saya bisa menghasilkan sebuah premis cerita berdasarkan ide-ide dan inspirasi yang dikumpulkan, tahu harus melakukan brainstorming seperti apa, kemudian mengembangkannya menjadi sebuah garis besar yang dibentuk ke dalam outline sebagai skenario cerita.

Dari outline atau struktur cerita itu, saya jadi tahu harus mengumpulkan data (riset) seperti apa untuk kepentingan cerita, memahami target pembaca, hingga mengetahui gaya menulis seperti apa yang sesuai dengan keadaan diri sendiri.

Bagi saya, prapenulisan merupakan momen paling menyenangkan; dan biasanya butuh waktu lebih banyak, jauh lebih lama daripada proses menulis itu sendiri. Seperti artikel ini yang sudah saya pikirkan di tahun 2021 masa Covid ketika lebih banyak di rumah, tapi baru saya tulis di pertengahan 2025 setelah tak sengaja menemukan catatan konsep-nya.

Barulah, ketika saya membaca konsep itu kembali; saya ke tahap ...

Penulisan: Proses Menulis.

Dalam proses penulisan, gagasan-gagasan dituang sesuai perencanaan yang sudah dirancang di awal atau di tahap pra-penulisan sebelumnya. Sebagai catatan, di tahap ini juga boleh mengubah rencana demi penyesuaian dengan memilih metode menulis, teknik menulis atau gaya menulis yang perlu dan harus diterapkan.

Misalnya jika memilih metode menulis tiga babak, dengan fokus pada bagian awal, klimaks, hingga konklusi. Bisa jadi, bagian-bagian tersebut sengaja diubah seiring inspirasi yang tiba-tiba hadir. Namun, perlu dipertanggungjawabkan juga agar tetap sesuai dengan tujuan awal.

Gunakan juga teknik menulis seperti pomodoro untuk membentuk ritme supaya disiplin menulis; dan bentuk gaya menulis dengan penggunaan diksi dan majas yang menampilkan ciri khas.

Kemudian, ke tahap ...

Pascapenulisan: Proses Meninjau, Merevisi dan Menyesuaikan.

Pascapenulisan bukan tahap akhir dari sebuah proses menulis novel, tapi momentum menemukan bentuk. Saya mengutip pandangan Nurjamal & Sumirat (dalam Dalman, 2009) yang dijelaskan di modul ‘Hakikat Menulis’ kalau …

... proses pascapenulisan merupakan penghalusan “buram” tulisan mentah agar lebih jernih dan terarah.

Bagi saya, tahap ini bukan sekadar memperbaiki salah ketik, tetapi momen bertengkar dengan diri: agar gagasan bisa tersampaikan dengan alur yang memiliki benang merah, dan tokoh punya kesan. Nah yang terpenting, sudahkah tepat dengan tujuan awal dan kemauan?

Dalam sudut pandang saya, pascapenulisan menyentuh dua aspek utama, yaitu isi dan gaya:

  • Isi mencakup struktur tulisan, logika cerita, dan relevansi adegan. Sementara …
  • Gaya menyangkut diksi, ejaan, serta transisi antarkalimat.

Dari dua aspek itu, saya jadi punya “standart editing” naskah; sehingga punya fokus yang umumnya meliputi:

  • Koreksi teknis seperti ejaan, tata bahasa, tanda baca, konsistensi penggunaan diksi dan majas, perbaikan struktur kalimat, serta …
  • Penyesuaian gaya bahasa sesuai target pembaca, penguatan narasi (karakter dan tokoh dalam dialog, juga latar).

Dengan langkah-langkah di atas, naskah novel bukan sekadar ditujukan untuk lebih rapi, tapi juga konsisten dan siap dibaca. 

Tahap ini biasanya saya lakukan setelah jeda dua atau tiga hari setelah memutuskan untuk “selesai menulis” agar pikiran lebih segar sehingga bisa melihat secara objektif dengan kolaborasi jiwa ‘pembaca’ dalam diri yang kritis disertai dengan prinsip penulis yang egois.

Di sini, saya berusaha menjelaskan bahwa pascapenulisan adalah tahap memurnikan karya, yang menuntut kesabaran, keberanian membuang yang tidak perlu, dan ketelitian merapikan detail. 

Proses yang mematangkan tulisan mentah.

Nah, agar bisa melaksanakan tahapan-tahapan yang sudah saya paparkan; di handphone, tentu diperlukan dukungan aplikasi, alat hingga fitur bawaan yang membuat proses menulis jadi lebih produktif. 

Aplikasi dan Fitur Produktif buat Menulis Novel di HP.

Menulis novel di ponsel harus konsisten. Namun, bagaimana cara memanfaatkan aplikasi dan fitur bawaan smartphone agar proses menulis jadi lebih praktis, nyaman, dan terorganisir supaya bisa konsisten?

Sebenarnya, saya sudah membahas bagian ini dalam artikel berikut: Alat dan Media Penulisan yang Digunakan Penulis di Era Digital.

Di sini, saya akan membahasnya lagi dengan membaginya menjadi beberapa kelompok yang memang difokuskan sesuai fungsinya:

  1. Aplikasi menulis di handphone.
  2. Alat penunjang produktivitas buat nulis dari handphone.
  3. Fitur default HP yang bikin nulis jadi produktif.
  4. Media publikasi langsung dari HP.

Aplikasi Menulis di Handphone.

Menulis novel di handphone akan terasa mudah jika pandai memanfaatkan aplikasi menulis yang praktis. Mulai dari tahap perencanaan hingga penyuntingan; bisa dilakukan dari handphone secara keseluruhan.

Ada banyak pilihan aplikasi yang dilengkapi fitur penting, mulai dari penyimpanan otomatis, mode fokus, ketersediaan menulis di luar jaringan; hingga sinkronisasi cloud. Berikut beberapa yang saya sarankan dan saya gunakan:

  • Google Docs : mudah, gratis, dan cross-device. Cocok untuk menulis kapan saja dengan sinkronisasi otomatis ke cloud, sehingga tulisan aman dan bisa diakses di perangkat lain.
  • Notion : fleksibel dan serbaguna, karena bisa dipakai untuk menulis, menyusun ide, sekaligus mengatur database atau outline. Akan sangat berguna bagi penulis yang suka menata proyek menulis secara rapi dalam satu aplikasi.
  • Obsidian : bagus buat mencatat ide dengan sistem linked notes (catatan saling terhubung). Ideal bagi penulis yang ingin membangun bank ide, world building, atau riset yang terstruktur.
  • Note : sederhana, ringan, dan cepat digunakan. Praktis untuk menuangkan ide atau draft tulisan tanpa gangguan fitur tambahan, cocok bagi penulis yang ingin fokus pada isi tulisan saja.

Nah, ada satu aplikasi yang lebih penting, yakni KBBI dan TESAURUS, yang merupakan Kamus Bahasa Indonesia. Menurut saya, kedua aplikasi ini harus dimiliki penulis supaya mudah menemukan kosakata dan memahami makna-nya.

Selain aplikasi, ada juga alat penunjang produktivitas yang bisa membuat proses menulis guna handphone jadi lebih cekatan.

Alat Penunjang Produktif Menulis

Mengetik dari handphone kadang terasa melelahkan karena layarnya yang kecil. Namun, sebenarnya “biasa” saja kalau sudah bisa. Berikut ini, beberapa alat penunjang yang saya gunakan untuk meningkatkan produktivitas menulis, seperti:

  • Keyboard Eksternal : ngasih pengalaman mengetik jadi lebih cepat dan nyaman kalau kamu belum terbiasa dengan keypad handphone.
  • Phone Holder : untuk menjaga posisi layar tetap stabil dan ergonomis. Mengurangi pegal di tangan dan leher saat menulis dalam waktu lama; khususnya kalau kamu pake keyboard eksternal.
  • Stylus : memudahkan aktivitas mencatat ide, membuat sketsa, atau mengedit naskah. Cocok untuk yang suka tulis tangan dan bagus juga buat mind mapping.
  • Earphone : buat jaga fokus dengan meredam kebisingan atau sambil mendengarkan musik. Juga berguna saat melakukan riset dari podcast—berdasarkan pengalaman pribadi.
  • Power Bank : jaga-jaga aja. Soalnya saya pernah kehabisan baterai ketika lagi semangat-semangatnya.

Dengan dukungan alat-alat di atas, pengalaman menulis di handphone bisa terasa lebih produktif. Tapi bukan hanya itu! Smartphone sudah dibekali fitur bawaan yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang produktivitas menulis.

Fitur Default Pintar yang Mendukung Produktivitas Menulis dari Smartphone.

Smartphone modern tentu memiliki fitur bawaan yang sangat berguna. Penggunaan fitur default pintar di smartphone ini bertujuan untuk memudahkan manajemen waktu dan fokus kerja. Berikut beberapa di antaranya:

  • Voice Typing / Speech-to-TextMempercepat penulisan dengan hanya berbicara. Sangat berguna saat ide datang tiba-tiba atau ketika ingin menulis tanpa mengetik lama. Plus, buat latihan berbicara dan alternatif menulis biar engga cepat bosan.
  • Fitur DND (Do Not Disturb) begitu membantu menjaga fokus dengan memblokir notifikasi yang mengganggu. Ideal dipakai saat menulis panjang agar tetap konsentrasi.
  • Mode Baca (Reading Mode) yang membuat layar lebih nyaman untuk mata dengan mengurangi cahaya biru. Seperti namanya, sangat cocok untuk membaca dalam waktu lama.
  • Dark Mode untuk mengurangi ketegangan mata dan hemat baterai. Membuat pengalaman menulis lebih nyaman, terutama di malam hari.
  • Alarm bisa dipakai untuk mengatur writing sprint atau pengingat menulis harian. Membantu menjaga konsistensi rutinitas menulis. Apalagi buat yang mau menerapkan teknik menulis pomodoro.
  • Kalender untuk mendukung manajemen waktu dengan menjadwalkan target menulis, deadline, atau progres harian. Membuat aktivitas menulis lebih teratur sekaligus journaling. Kalau bisa, dipadukan dengan Google Spreadsheet atau Ms. Excel.

Fitur-fitur di atas dapat digunakan tanpa harus menginstal aplikasi tambahan sehingga lebih hemat ruang penyimpanan perangkat. 

Sekarang, mari menemukan cara mempublikasikan karya langsung dari smartphone untuk menunjang praktik konektivitas.

Media Publikasi Novel Dari Handphone.

Praktik konektivitas; tulis langsung publikasi telah menjadi ciri khas dari era siber sastra itu sendiri. Platform menulis novel bisa dijadikan pilihan sesuai genre tulisan dan target pembaca, seperti:

  • Wattpad. Menjadi platform menulis dan membaca yang sangat populer. Memudahkan penulis pemula untuk mempublikasikan cerita, membangun pembaca setia, dan berinteraksi langsung dengan komunitas.
  • Fizzo. Aplikasi menulis yang memberi peluang menghasilkan uang dari karya tulis. Mendukung penulis untuk lebih produktif sekaligus berkarier lewat cerita yang diterbitkan.
  • Innovel Tempat menulis dan membaca cerita dengan sistem kompetisi dan peluang publikasi profesional. Cocok untuk penulis yang ingin menantang diri sekaligus mendapatkan apresiasi lebih luas.
  • KBM (Komunitas Bisa Menulis) yang ramah dan suportif. Menyediakan ruang belajar, berbagi pengalaman, serta kesempatan menerbitkan karya secara kolektif maupun mandiri.

Tak hanya platform di atas, tentu masih ada banyak lagi. 

Dari proses menulis, mengedit, hingga mempublikasikan, semua bisa dilakukan tanpa pindah perangkat. Menariknya, pengalaman ini bisa lebih canggih lagi jika dipadukan dengan kecerdasan buatan (AI).

Menulis Novel dari Ponsel “Pintar” dengan Kolaborasi “Kecerdasan” Buatan (AI).

AI kini hadir sebagai asisten kreatif atau dalam istilah kepenulisan disebut sebagai co-writer atau co-author. Saya juga menggunakan ChatGPT-5 untuk menulis artikel ini yang saya dapatkan tiga bulan gratis dari promo ShopeeVIP di promo harbolnas 8.8, 2025.

Dengan memadukan ponsel pintar, aplikasi cerdas, dan AI. Kini menulis novel tidak hanya lebih praktis, tapi juga lebih adaptif dan menyenangkan. 

Pendayagunaan AI di ranah penulisan novel telah menjadi bukti bahwa menulis novel di handphone bukan sekadar alternatif, melainkan bagian dari era siber sastra dalam kepenulisan digital.

Sekarang, pertanyaannya ...

Apakah Boleh Menulis Novel dengan Bantuan AI?

Jelas, boleh. 

AI hanyalah alat bantu, sama seperti kamus, Google Translate, atau aplikasi pengolah kata. Kita sebagai penulis bisa menggunakan AI untuk:

  • Brainstorming ide cerita
  • Membantu riset
  • Membuat outline atau kerangka cerita
  • Meng-edit, memoles, atau menyarankan gaya bahasa

Akan tetapi, tetap saja harus penulis yang memegang kendali penuh atas nilai orisinalitas, gaya personal, dan kreativitas; agar novel tidak terasa “kering” atau “hambar”.

Kalau begitu ...

Apakah Legal Menulis Novel dengan AI?

Tidak ada aturan yang melarang penulis menggunakan AI untuk membuat novel. Bahkan rasanya, aneh juga apabila ada yang menolak eksistensi AI. Padahal nyatanya jelas memudahkan proses menulis novel di handphone. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Hak Cipta: mengarah ke “kreativitas manusia”. AI hanya sebagai alat bantu, sementara penulis memberi arahan, menyunting, dan menambahkan kreativitas, dan sentuhan manusia; maka karya tersebut bisa dianggap milik penulis.
  • Platform & Penerbit menerapkan kebijakan khusus terkait karya yang dibuat dengan AI. Ada yang mengizinkan selama transparan, ada juga yang menegaskan karya tidak “sepenuhnya AI”. Jadi penting untuk membaca syarat dan ketentuan penerbit/platform sebelum mengunggah novel yang ditulis.
  • Etika Transparansi sering dianggap penting. Misalnya, memberi catatan bahwa novel dibuat dengan bantuan AI bisa meningkatkan kepercayaan pembaca. Jika menggunakan AI untuk meniru gaya penulis lain tanpa izin, itu bisa dianggap plagiarisme atau pelanggaran etika.

Jadi, boleh-boleh saja memadukan kecerdasan buatan untuk memudahkan proses menulis di ponsel pintar, supaya lebih produktif, praktis, dan cekatan. 

Saya pribadi dalam proses pra-penulisan; sering memberikan peran ke ChatGPT. Kemudian, mewawancarainya untuk memahami karakteristik seorang tokoh yang sesuai. Hal ini juga diterapkan oleh seorang penulis asal Jepang, Rie Kudan seorang pemenang penghargaan Akutagawa yang menulis dengan memanfaatkan AI Chat GPT.

Penutup

Menulis novel di handphone kini telah menjadi peluang berkarir dan berkarya di era siber sastra dalam industri kepenulisan 4.0 

Dengan perangkat yang praktis , aplikasi menulis yang semakin canggih, serta dukungan AI; proses menulis bisa menjadi lebih mudah, ringkas, dan fleksibel.

Kuncinya bukan pada perangkat Android atau iPhone, apalagi jenis AI yang cocok seperti ChatGPT, Copilot, Gemini, Deepseek atau Prepexlity; melainkan konsistensi, keterampilan menulis dan memanfaatkan teknologi. 

Kalau bisa menjaga disiplin, menyingkirkan distraksi, serta rajin memanfaatkan aplikasi produktivitas, menulis novel bisa selesai hanya dari layar ponsel.

Era sastra digital telah membuktikan bahwa menulis novel di handphone telah menjadi bagian dari industri kepenulisan. Jadi, jangan menunggu, mulailah dari smartphone yang ada di tanganmu sekarang.

Sekian dari saya, silakan tulis tanggapan dan pendapat kamu di kolom komentar; terima kasih.

Hendy Jobers

Penulis dan Blogger yang fokus pada Industri Kepenulisan 4.0, Literasi Digital, dan Siber Sastra.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama